Pameran Tunggal Tanda Mata, Penanda 40 Tahun Setyoko Menggeluti Seni Lukis: Lebih Bright di Usia 68 Tahun

Pameran Tunggal Tanda Mata, Penanda 40 Tahun Setyoko Menggeluti Seni Lukis: Lebih Bright di Usia 68 Tahun

Di Galeri DKS, Setyoko membawa 45 lukisan untuk dinikmati siapa saja. Yang pasti oleh orang-orang yang mengenalnya. Lalu publik seni rupa yang telah lama tak menyaksikan dia berpameran tunggal. -Ma'ruf Zaky -

Seakan tidak masalah dengan cuaca, kulitnya terlindungi dengan membawa payung. "Yang membedakan dua lukisan ini adalah warna gaun yang dikenakan. Satunya merah, yang lain lagi biru," terangnya.

Berbeda dengan Umbrella III yang kebetulan difavoritkan pelukis senior Jatim Asri Nugroho. Tampak pria dan wanita yang menyembunyikan kedekatan wajah mereka dalam lindungan payung.

BACA JUGA: Kenangan Jomblo Masuk Room 1 dalam Pameran Fotografi-Videografi Merayakan Perjalanan

Saling mengaitkan tangan pada pinggul dan bahu. Masih dengan payung yang berwarna merah bersemu ore. Hangat. Tidak terpengaruh keadaan sekitar yang dituangkan dalam dasar warna putih. 

Lukisan-lukisan lain bercerita dalam topik yang beragam. Semua menjadi saksi perjalanan Setyoko yang tak mudah. Diakuinya, selama berkarier, seniman kelahiran Surabaya itu bukan tak menemui kendala. 

Memulai perjalanan seni didampingi dengan setia hingga sekarang oleh istrinya Kuntari Prasetyaningsih, Setyoko pernah absen melukis beberapa waktu lo. Bahkan sempat berhenti total. 

Tentang hal itu, Kuntari mengamini. “Ada juga jedanya. Bapak pernah vakum, tak melukis selama dua tahun. Melihat ia begitu ya saya enggak memaksanya untuk melukis. Saya tetap mendukung dan ikut menjalani apa pun langkah Bapak,” ujar Tari, panggilan istri Setyoko.

Dalam penjelasan Tari, suaminya hanya tengah memiliki kesibukan lain. Utamanya harus mengurus perekonomian dan biaya pendidikan anak-anak. Tapi yang penting semua itu toh tak menghentikan Setyoko untuk terus melukis.

Maka, hingga sampai bisa menggelar pameran tunggal, Setyoko harus berjuang agar berhasil. Sebelum itu, ada masa sulit yakni ketika ia melewati pandemi yang membuat batasan beraktivitas. 

Tapi untung, ia bisa melewatinya dengan tetap berkarya di rumah. Kalaupun ada keluhan, Setyoko hanya sedih ketika harus kehilangan beberapa teman pelukisnya selama wabah menyerang.

Nah, bangkit kembali setelah jarang berpartisipasi dalam pameran, Setyoko hadir dengan irama lukisan yang kini diakui lebih bright.

Pada umumnya setiap karya lukis memiliki alirannya masing-masing. Entah surealis, ekpresionisme, abstrak, atau superalis, dan masih banyak lagi. Tapi buat Setyoko, memang tak ada aliran lukisan tertentu yang ia anut.

Malah, ia sendiri ingin menjadikan lukisannya sebagai aliran. “Ya bisa disebut lukisan berkarakter Setyoko,” ungkapnya. Untuk itu, selama berkarya ia berupaya membangun alirannya sendiri.

BACA JUGA: Pameran Koleksi Freddy Wijaya di Verwood Hotel & Serviced Residence Surabaya, Sengaja Dikeluarkan dari Gudang untuk Rangsang Kolektor Muda

“Sampai orang-orang yang jika datang ke sebuah pameran lukis, melihat ada lukisan saya, mereka langsung bisa mengenali dan bilang ‘wah ini Setyoko banget’. Begitu!” imbuhnya, bersemangat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: