Pameran Tunggal Tanda Mata, Penanda 40 Tahun Setyoko Menggeluti Seni Lukis: Lebih Bright di Usia 68 Tahun

Pameran Tunggal Tanda Mata, Penanda 40 Tahun Setyoko Menggeluti Seni Lukis: Lebih Bright di Usia 68 Tahun

Di Galeri DKS, Setyoko membawa 45 lukisan untuk dinikmati siapa saja. Yang pasti oleh orang-orang yang mengenalnya. Lalu publik seni rupa yang telah lama tak menyaksikan dia berpameran tunggal. -Ma'ruf Zaky -

HARIAN DISWAY - Mengawali September, Setyoko berpameran tunggal. Bertajuk Tanda Mata. Merayakan 40 tahun ia telah menggeluti dunia seni rupa.

Di ruang pamer Galeri DKS Surabaya, Setyoko membawa 45 lukisan untuk dinikmati siapa saja. Yang pasti oleh orang-orang yang mengenalnya. Lalu publik seni rupa yang telah lama tak menyaksikan dia berpameran tunggal. 

Terakhir pameran tunggal digelar Tembi Rumah Budaya, DI Yogyakarta pada Februari 2012. “Ini untuk rasa syukur bahwa saya tetap eksis hingga menginjak usia 68 tahun,” katanya.

Dengan dentuman gong yang dipukul tiga kali oleh Nunung Harso, pelukis yang juga anggota DPRD Kota Surabaya, pameran Setyoko resmi dibuka. Dimulai sejak tanggal 1 dan berakhir 7 September 2023 lalu.

BACA JUGA: Aktualisasi Pengalaman Spiritual Yunus Jubair dalam Pameran “Mantra-mantra Kontemplasi”

“Saya meminta Mbak Nunung yang membuka karena pada Juli lalu ia juga menggelar pameran tunggal di usia 71 tahun. Itu juga menginspirasi saya," katanya. 

Dengan Tanda Mata, pelukis Surabaya itu sama sekali tidak ingin mengerucutkan konsistensinya dalam menghasilkan karya. Ia bertekad tetap produktif sampai kapan pun. 

Tercatat pameran tunggal telah 15 kali ia selenggarakan. Tanda bahwa dia tak mau berhenti berkarya. Sementara pameran bersama telah 17 kali dia ikuti. 

Pameran tunggalnya kali ini memang berbeda. Dia mau semua karyanya tak dibanding-bandingkan. “Enggak ada yang ditonjolkan di sini. Saya pilih dengan martabat masing-masing karya,” tutur Yoko, panggilan akrabnya.

Setyoko memang ingin menyamaratakan semua karyanya yang dipilih dari 2007 hingga 2023. Apalagi menurutnya, dalam pergelaran pameran tunggal tidak perlu ada satu lukisan yang ditonjolkan. “Semua bisa menjadi tanda mata,” ungkapnya.

Ada beberapa lukisan yang menarik minat pengunjung. Di antaranya lukisan Umbrella yang dibuat berseri yakni I, II, dan III. 

Sesuai judulnya, lukisan itu berobjek payung. Ia memilih benda ini karena merupakan simbol dari perlindungan yang menghilangkan rasa khawatir. 

Payung adalah caranya menyemai kasih sayang. Digambarkan, ketiga lukisan Umbrella itu memberikan warna-warna hangat tentang perasaan cinta, kasih sayang sesama, dan kedamaian.  

Pada Umbrella I dan Umbrella II gayanya hampir sama. Terlihat seorang wanita memegang payung berwarna merah semu oren. Dia menggunakan gaun terbuka yang memperlihatkan bagian pundaknya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: