Kolaborasi Yoga dengan Plantasia di Hotel JW Marriott, Musik Meditatif dari Tanaman

Kolaborasi Yoga dengan Plantasia di Hotel JW Marriott, Musik Meditatif dari Tanaman

Anggung Suherman, member Bottle Smoker menyentuh tanaman untuk menghasilkan bunyi meditatif.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Bottle Smoker, kelompok musisi Bandung membuat inovasi Plantasia. Yakni musik meditatif yang dihasilkan dari bunyi tanaman. Plantasia pernah digunakan sebagai musik yoga di JW Marriot Surabaya.

KABEL penyambung kecil dipasangkan dalam daun. Satunya lagi di tanah dan tangkai. Kemudian kabel-kabel itu tersambung dalam Touchme. Alat pendeteksi atau pengolah bunyi.

Touchme menginterpretasi suara-suara dari energi tanaman. Menjadi nada yang unik, menenangkan. Nada akan berubah-ubah ketika daun itu sedikit digoyangkan dengan jari.

Inovasi itu diciptakan oleh kelompok Bottle Smoker dari Bandung. “Kami menamakannya bio-plant sonic meditation. Musik relaksasi yang dihasilkan dari tanaman,” ujar Anggung Suherman, salah seorang anggota Bottle Smoker.

Ia menerangkan bahwa setiap tanaman menerima gelombang frekuensi dari alam. Seperti aliran air, keasaman tanah, proses fotosintesis atau proses metabolisme tanaman. Semua itu diolah melalui Touchme dan seperangkat alat musical instrument data.

BACA JUGA : Merayakan Hari Bahagia Internasional: Zumba dan Yoga di Kolam Ciputra World Hotel

Mekanismenya, kumpulan bio-data tanaman itu akan ditransmisikan ke dalam sinyal-sinyal elektrik terkecil. Kemudian masuk ke modul, di-translate dari midi ke instrumen. Dari situ akan terdengar nada-nada yang dihasilkan.

Energi-energi yang dihasilkan dari penerimaan frekuensi itu diolah menjadi bunyi. “Bahkan dari bunyi yang terdengar, seseorang bisa tahu, misalnya, tanaman itu kekurangan air atau tidak,” ungkapnya.

Namun untuk yang lebih luas, menyangkut “bahasa tanaman”, perlu penelitian lebih lanjut. Namun, bagi Ryan Adzani, yang juga member Bottle Smoker, nada yang dihasilkan dari itu adalah musik meditatif.

Plantasia pun dapat dikolaborasikan dengan yoga. Bentuk kolaboratif itu dilakukan dalam kelas yoga di Hotel JW Marriott, pada Sabtu, 16 September 2023.


Peserta di JW Marriott sedang beryoga sembari mendengarkan musik meditatif Plantasia yang dihasilkan dari tanaman.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Siok Ah, instruktur kelas yoga menerangkan bahwa sound healing dapat mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kualitas tidur dan berbagai manfaat lain.

“Setiap bagian badan kita, termasuk sel, organ, dan jaringan, memiliki frekuensi yang unik,” ujarnya. Saat semua itu terkena getaran suara eksternal, tubuh akan secara alami berusaha beresonansi dengan frekuensi tersebut.

Frekuensi meditatif itu dapat dihasilkan dari Plantasia. Dalam yoga, musik meditatif dapat membuat tubuh rileks. Ketika itu, tubuh dapat memulai mekanisme penyembuhan alaminya. Sebab, dalam diri manusia terdapat empat frekuensi.

Pertama, frekuensi beta. Yakni gelombang yang dihasilkan ketika seseorang sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Seperti bekerja dan banyak berpikir.

Kedua, frekuensi alpha. Yakni ketika seseorang berada dalam kondisi rileks. Misalnya ketika sedang bersantai dan merenung.

Ketiga, frekuensi theta. Dihasilkan dari kondisi sangat rileks, berada dalam ambang sadar dan tidur. Frekuensi theta dapat muncul ketika seseorang melakukan deep meditation.

Keempat, frekuensi delta. Yakni ketika seseorang berada dalam kondisi tidur. “Plantasia dapat mengantar kita menuju frekuensi theta dan delta. Jadi olahan nada dari tanaman itu bisa membuat kondisi kita sangat tenang dan rileks,” ungkap Siok Ah.

Jenis tanaman paling efektif untuk musik Plantasia adalah house plant atau tanaman rumahan. “Yang paling banyak menyerap air, kulitnya tipis, dekat dengan kambiumnya. Itu yang dapat diolah bio-datanya,” ujar Ryan.

Perangkat musikal itu juga dapat mengetahui kondisi mood seseorang. Caranya dengan menautkan kabel konektor dalam telapak tangan, disambungkan dengan daun dan tanah dari tanaman. Seperti dipraktikkan pada Mudiono Kumala.

Alat itu mengeluarkan bunyi dengan jenis nada tinggi seperti karakter flute dalam keyboard. Cenderung konstan dan tenang. “Ya, sesuai kondisi mood saya yang saat ini tenang. Stabil,” ujar Mudiono yang berusia 61 tahun itu.


Anggung Suherman mencoba menempelkan konektor pada lengan Rahayu Tandyo. Muncul bunyi bergelombang dan bergema. Tandanya suasana hati Rahayu sedang gembira.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Alat itu diujicobakan pula untuk isteri Mudiono, Rahayu Tandyo. Berbeda dengan nada yang dihasilkan Mudiono, nada Rahayu cenderung bergejolak. Menggema dan memiliki gelombang yang naik-turun. Rupanya, suasana hati Rahayu sedang bahagia.

“Memang mood saya sedang senang,” ujar perempuan 58 tahun itu. Senang kenapa, nih? “Ada, deh. Mungkin senang bisa ikut yoga lagi,” tambahnya, kemudian tertawa. Dua pasangan itu telah mengikuti kelas yoga rutin sejak dua tahun silam.

Di ruang terbuka lantai 4, kelas yoga dimulai. Matahari telah mulai terbenam. Mereka mengawali dengan gerakan padmasana. Menenangkan diri sembari menghayati hidup. Sebab, menurut Siok Ah, yoga adalah sarana untuk mensyukuri hidup.

Para peserta melakukan gerakan merentangkan tangan, kemudian mengatupkannya di atas kepala. Gerakan itu berfungsi untuk menukar energi lama menjadi energi baru. Di situlah musik Pantasia mulai dibunyikan. Anggung dan Ryan menyentuh daun-daun tanaman mereka.

Bunyi yang dihasilkan adalah gelombang-gelombang yang menenangkan. Sepanjang yoga, semua peserta merasa rileks. Apalagi ditambah dengan frekuensi yang dihasilkan dari singing bowl. Salah satu peserta yang merasakan manfaatnya adalah Nabilla Humaira.

Dia merasa rileks dan segar kembali. “Tenang sekali. Begitu pun perasaan saya. Jadi malam ini saya bisa tidur nyenyak,” ujarnya. Kelas yoga di JW Marriott diadakan rutin setiap pekan. Sedangkan Bottle Smoker, pada November mendatang, akan tampil membawakan musik Plantasia di Mesir. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: