Jadi Dasar Penetapan Hari Santri, Simak Sejarah Resolusi Jihad Tahun 1945
(Ilustrasi) Laskar Hizbullah yang elemennya terdiri dari para santri, ikut terlibat dalam pertempuran di berbagai wilayah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. -Duniasantri.co-
Dengan situasi yang semakin memanas, Preside Soekarno tahu bahwa cepat atau lambat perjuangan mempertahankan kemerdekaan harus segera dimulai. Namun, untuk mencapai itu, ia butuh dukungan semua pihak. Terutama umat muslim dari kalangan Pesantren yang jumlahnya cukup besar.
Bung Karno pun mengirimkan utusan untuk bertanya pada Rais Am PBNU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari “Kiai, dalam islam, apa hukumnya membela tanah air? bukan membela Allah, membela Islam atau membela Al-Qur’an. Tapi membela tanah air,” ucap utusan tersebut.
Setelah mendapatkan pertanyaan tersebut, KH Hasyim Asy’ari melakukan sejumlah tirakat dan ijtihad. Beliau juga mengumpulkan semua kiai se-Jawa dan Madura untuk membahas hal ini.
Rapat para Ulama berlangsung di kantor Pengurus Besar Ansor Nahdlatul Oelama (PB ANO), Jalan Bubutan VI/2 Surabaya pada 21 Oktober 1945. Adapun yang bertindak dalam memimpin rapat adalah KH Wahab Hasbullah.
Akhirnya pada 22 Oktober 1945, lahirlah sekumpulan fatwa ulama yang dibacakan KH. Wahab Hasbullah. Isinya menegaskan bahwa jihad membela tanah air hukumnya adalah wajib fardlu 'ain (kewajiban tiap orang tanpa kecuali) bagi penduduk dengan radius 94 kilometer dari kedudukan musuh.
BACA JUGA:Gambar Bermakna Religi Sambut Hari Santri Nasional 2023
Sementara untuk mereka yang tinggal di luar radius tersebut, maka hukumnya fardlu kifayah (kewajiban sebagian kelompok saja).
Kumpulan fatwa tersebut kelak dikenal sebagai Resolusi Jihad yang mengobarkan perlawanan rakyat pada pasukan Sekutu di Surabaya dan sekitarnya hingga klimaksnya terjadi pada pertempuran total 10 November di Surabaya.
Prajurit British India berlindung dibalik ranpur dalam pertempuran 10 November Surabay-IWM Collectie via Wikipedia -
Selain membakar semangat para santri terlibat dalam pertempuran 10 November 1945, dampak Resolusi Jihad juga membakar semangat dalam pertempuran lainnya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
KH Saifuddin Zuhri dalam Guruku Orang-orang dari Pesantren (2001) menjelaskan bahwa Resolusi Jihad juga membakar semangat rakyat Semarang beserta santri dalam pertempuran yang terjadi di daerah Jatingaleh, Gombel, dan Ambarawa.
Pertempuran tersebut terjadi hampir bersamaan saat menjelangnya peristiwa 10 November 1945.
Kabar pecahnya pertempuran yang terjadi di Jawa Tengah itu tersebar sampai ke daerah Parakan. Hal itu membuat pasukan Sabilillah Parakan dan Laskar Hizbullah ikut bergabung dengan pasukan lain dari seluruh daerah Kedu.
Setelah bergabung dengan pasukan lain, mereka berangkat ke medan pertempuran yang terjadi di Surabaya, Semarang, dan Ambarawa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: