Gentle Parenting, Pola Asuh yang Melibatkan Perasaan Anak, Apa Manfaatnya Ya?
Mengenal gentle parenting. Apa itu gentle parenting, manfaatnya, dan tip menerapkan pada anak. -Freepik-
Misalnya, saat anak bersedih, sebagai orang tua patutnya tidak langsung menghakimi anak dengan sebutan cengeng atau justru memaksa mereka berhenti menangis, melainkan cari tahu terlebih dahulu apa yang membuat anak bersedih.
Lalu berikan pengertian tentang emosi yang dia rasakan. Validasi perasaannya. Dengan berempati, anak akan mendapat ruang untuk didengarkan.
Misalnya, saat anak rewel di stasiun sedangkan sebentar lagi akan ketinggalan kereta, pada gentle parenting, dibandingkan memarahi anak karena rewel, orangtua bisa melakukan pendekatan yang lembut, tetapi tetap tegas.
Hal ini dilakukan dengan cara mengatur ekspektasi anak. Coba berikan pengertian di awal dengan menjelaskan tahap demi tahap yang akan anak lalui jika mereka ketinggalan kereta.
Contoh kalimat yang bisa dipakai salah satunya, "kalau kamu nangis, kita bisa sama-sama ketinggalan kereta, kalau sampai ketinggalan, Mama bisa marah lo, bisa cerita ke Mama kenapa adik rewel tidak mau masuk ke kereta?".
Dengan begitu, orang tua sudah menunjukkan empati dan memberikan kesempatan pada anak untuk menjelaskan perasaannya dan mengevaluasi perilakunya sendiri.
2. Memahami
Perlu diingat, sebagai orang tua kita perlu memahami bahwa anak adalah anak. Mereka memiliki dunia yang berbeda dengan orang dewasa. Anak belum sepenuhnya mempunyai kematangan emosi.
Oleh karena itu, mereka cenderung menangis bahkan tantrum karena kurang mengenal emosi apa yang sedang ia rasakan.
Dengan memahami dunia anak, orang tua secara tidak langsung mengizinkan anak untuk mengeksplorasi reaksi, emosi, dan pikiran mereka dengan aman.
3. Menghargai
Gentle parenting didasarkan pada rasa saling menghargai. Orang tua yang menghargai anaknya membantu mereka berkembang dengan melihat hal-hal positif di sekitarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, contoh menghargai dan menghormati anak bisa dilakukan dengan mengganti perintah kasar dengan permintaan lembut.
Selain itu, melibatkan anak dalam diskusi sebelum memutuskan sesuatu dibanding langsung membuat aturan yang membuatnya tak berani mengungkapkan pendapat.
Misalnya, sesederhana mengajak anak membuat pilihan pakaian mana yang akan dipakai untuk pergi jalan-jalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: