Guru Besar yang Terspesialisasi atau Multidisiplin?

Guru Besar yang Terspesialisasi  atau Multidisiplin?

Ilustrasi pengukuhan guru besar Universitas Airlangga.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Mungkinkah pasar seperti itu diwujudkan? Itulah ide baru yang ditawarkan Nafik untuk diujicobakan di lingkungan kampus, terutama Universitas Airlangga.

Sementara itu, Muryani adalah guru besar ilmu ekonomi lingkungan. Menurut Muryani, upaya mengejar ketahanan pangan perlu dikembangkan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Food security melalui program food estate perlu dikembangkan dengan tidak melupakan aspek kelestarian lingkungan.

Rr Retno Widyowati adalah guru besar dari fakultas farmasi (FF) di bidang farmakognosi-etnomedisin. 

Menurut Retno, penemuan anti-osteoartritis yang berasal dari bahan alam, seperti ramuan nyeri sendi sondhep (Madura), akar kuning, dan tanduk rusa, adalah contoh bahan baku obat tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan osteoartritis yang belakangan ini banyak diderita masyarakat Indonesia.

Guru besar terakhir yang dikukuhkan adalah Eighty Mardiyan Kurniawati. Eighty adalah guru besar di bidang ilmu uroginekologi rekonstruksi, disfungsi seksual perempuan, stem cell. Menurut Eighty, dewasa ini salah satu ancaman penyakit yang banyak diderita masyarakat adalah gangguan dasar panggul. 

Berdasar kajian yang dilakukan, angka rekurensi pada terapi pembedahan gangguan dasar panggul ditemukan penggunaan mesh ternyata menimbulkan beberapa komplikasi. Menurut Eighty, membran amnion sesungguhnya merupakan salah satu inovasi terapi regeneratif yang dapat dimanfaatkan dalam tata laksana di bidang uroginekologi rekonstruksi. 

Kalau melihat bidang ilmu dari para guru besar yang dikukuhkan, bisa dilihat adanya variasi dengan fokus keilmuan yang makin terspesialisasi. Untuk dapat meningkatkan kemanfaatan dari bidang ilmu yang berbeda-beda itu, yang dibutuhkan adalah kesadaran dan kemauan dari masing-masing pihak untuk mau menyapa bidang ilmu yang lain. 

Saat ini, diakui atau tidak, masalah yang dihadapi bangsa ini makin hari cenderung makin kompleks sehingga upaya penanganannya pun membutuhkan dukungan keilmuan yang multidisiplin. Ilmu di bidang kedokteran hewan tidak mungkin dapat memberikan manfaat yang optimal jika tidak mau menyapa bidang ilmu ekonomi dan kedokteran. 

Demikian pula, bidang ilmu kedokteran niscaya tidak akan mampu berkembang optimal jika tidak didukung bidang ilmu ekonomi dan ilmu yang lain.

 

Tantangan

Menurut data terakhir (24 Mei 2023), di Indonesia saat ini jumlah profesor masih sangat terbatas, yakni baru mencapai 7.300 (2,75 persen) dari total 265.670 dosen di tanah air. 

Jumlah profesor yang belum mencapai angka 10 ribu itu masih sangat jauh dari jumlah ideal yang ditargetkan, yaitu 10 persen dari total dosen yang ada atau sebanyak 26.567 orang. Sekitar 45 hingga 50 persen dari profesor yang ada umumnya masih terkumpul di 10 universitas besar di Indonesia.

Ke depan upaya terus menambah jumlah guru besar sudah selayaknya terus didorong dan dikembangkan. Tantangannya adalah apakah guru besar yang akan dihasilkan nanti dengan bidang ilmu yang makin renik terspesialisasi ataukah guru besar dengan bidang ilmu yang sifatnya makro dan multidisiplin –sesuai dengan tantangan persoalan kebangsaan yang makin kompleks. 

Itulah pertanyaan substantif yang perlu direnungkan sebelum kita terus mendorong munculnya guru-guru besar baru di universitas kita tercinta. Semoga. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: