Guru Besar yang Terspesialisasi atau Multidisiplin?

Guru Besar yang Terspesialisasi  atau Multidisiplin?

Ilustrasi pengukuhan guru besar Universitas Airlangga.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Guru Besar Asli dan Aspal

 

Multidisiplin

Menjadi guru besar di era perkembangan masyarakat post-industrial ada indikasi makin terspesialisasi. Bidang ilmu dari guru besar yang dikukuhkan tidak lagi makro, tetapi cenderung makin berkembang bidang ilmu yang makin fokus untuk pemecahan berbagai masalah yang makin spesifik. 

Spesialisasi bidang ilmu guru besar yang makin renik tersebut tentu memiliki keunggulan sekaligus kelemahan. Bidang ilmu dari para guru besar yang dikukuhkan Universitas Airlangga di tanggal 25 Oktober 2023 adalah sebagai berikut.

Akhmad Taufik Mukti, profesor pertama yang dikukuhkan, adalah guru besar bidang ilmu genetika dan reproduksi ikan. Dalam pidatonya, Akhmad memaparkan arti penting rekayasa genetik untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik dan performa ikan dalam upaya penyediaan benih ikan unggul untuk meningkatkan produktivitas akuakultur. 

BACA JUGA:Prof Rahma Sugihartati Segera Dilantik Sebagai Guru Besar FISIP Unair

BACA JUGA:Guru Besar hanya untuk Kampus Besar?

Menurut Akhmad, untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagai salah satu produk pangan utama di Indonesia, ada kecenderungan makin sulit. Ketika sumber daya laut makin berkurang, upaya untuk memenuhi kebutuhan ikan harus ditingkatkan melalui rekayasa genetika, terutama untuk memenuhi kebutuhan benih ikan terbaik.

Eduardus Bimo Aksono Herupradoto adalah guru besar di bidang ilmu biokimia molekuler di fakultas kedokteran hewan. Menurut Bimo, saat ini mendesak dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan perkawinan silang sapi. Perkawinan silang sapi di samping memiliki dampak positif, ternyata juga memiliki dampak negatif seperti penambahan ukuran dan bobot yang lebih tinggi daripada sapi lokal. 

Namun, implikasinya, biaya pemeliharaan juga menjadi lebih tinggi. Melalui program smart breeding, diharapkan pelestarian sapi lokal unggul akan dapat dilakukan sehingga ujung-ujungnya akan membawa peningkatan kesejahteraan peternak dan bermanfaat mewujudkan swasembada daging di tanah air.

BACA JUGA: Tipu-Tipu, Mantan Gubes Unair Dihukum Sembilan Bulan

BACA JUGA:Doktor Honoris Causa untuk Khofifah Indar Parawansa

Muhamad Nafik Hadi Ryandono, guru besar di bidang ilmu ekonomi dan keuangan Islam, menawarkan konsep pasar ta’awun sebagai solusi kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan pasar. Menurut Nafik, paradigma ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional dalam perkara kebutuhan dan keinginan. 

Ekonomi Islam memandang kebutuhan manusia terbatas, sedangkan yang tidak terbatas adalah keinginan. Sistem ekonomi Islam memandang sistem pasar bukan sekadar sebagai sarana pertemuan penjual dan pembeli, melainkan juga sebagai sarana menolong bagi mereka yang tidak mampu membeli. Yakni, diberi komoditas tanpa harus membayar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: