Gereget Pildun U-17

Gereget Pildun U-17

Ilustrasi Piala Dunia U-17 yang geregetnya belum terasa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:Indogift Bikin Souvenir Piala Dunia U-17 dari Logo Komposit Surabaya, Begini Penampakannya

Di bandara tempat kedatangan para timnas dari berbagai negara juga tak terlihat media penyambutan yang mencolok. Masih kalah oleh jumlah bendara partai dan baliho para kandidat Pemilu Presiden dan Legislatif 2024. 

Situasi yang kurang lebih sama terjadi di Kota Solo. Kota yang akan menjadi tempat resepsi penutupan Piala Dunia. ”Saya belum melihat gereget di Solo,” kata Herry Varia, mantan wartawan yang kini memilih menjadi pengusaha di kota tersebut.

Ia menduga, situasi politik belakangan ikut memengaruhi persiapan gelaran Piala Dunia U-17 di kota tersebut. Semua tahu bahwa pendukung Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dari PDI Perjuangan sedang berseberangan dengannya gara-gara putra Presiden Jokowi itu menjadi cawapres Prabowo Subianto.

Padahal, mereka selama ini menjadi basis penggerak berbagai program yang digelar wali kota yang menjadi cawapres termuda itu. ”Saya tidak tahu kelak apakah nobar yang biasa digelar Pemkot Solo akan seramai seperti sebelumnya,” tambah Herry yang alumnus Fisipol UGM itu.

BACA JUGA:Panggung Opening Ceremony Piala Dunia U-17 Digarap Wishnutama, Mau Dibuka dengan Lagu Dangdut?

BACA JUGA:Mantab! Stadion GBT Siap Seratus Persen, Erick Thohir Yakin Opening Ceremony Piala Dunia U-17 Terbaik Sepanjang Sejarah

Memang, Pildun kelompok umur tidak sesemarak Pildun 2022 Qatar. Yang menjadikan Argentina sebagai juara dunia sepak bola. Juga, mengerek timnas Maroko sampai pada tingkat perempat final. Yang kembali membuat Prancis gigit jari dan harus mengakui Argentina di puncak.

Piala Dunia di Qatar menjadi alat branding yang kuat bagi negeri penyelenggara. Membuat salah satu negara Arab itu sukses menampilkan wajah baru negara muslim moderat ke dunia global. Negeri Arab yang kali pertama sukses menjadi penyelenggara gelaran sepak bola dunia.

Hampir setiap negara berebut menjadi penyelanggara event itu karena kekuatannya untuk menjadikannya sebagai strategi komunikasi dan branding negeri. Sebagai jenis olahraga dengan penggemar paling besar di dunia, sepak bola telah menjadi rezim tersendiri. Yang otoritasnya di atas pemerintah dari masing-masing negara.

BACA JUGA:Tur Trofi Piala Dunia U-17 Pecah, Erick Thohir: Surabaya yang Terbaik!

BACA JUGA:Sambut Piala Dunia U-17, Bola Raksasa Digelindingkan dari Siola ke Balai Pemuda

Indonesia yang sepak bolanya mulai bangkit tak ketinggalan untuk menjadikan Piala Dunia sebagai alat rebranding. Tadinya berhasil menjadi tuan rumah Pildun U-20. Sayang, karena ada timnas Israel yang lolos prakualifikasi, gelaran itu dianggap sensitif secara politik dan batal.

FIFA lantas menggantikannya dengan menjadi tuan rumah Pildun U-17. Mestinya, ini menjadi momentum Indonesia dan berbagai kota yang menjadi tempat bertanding untuk menyambutnya dengan gegap gempita. Menjadi bagian dari branding kota masing-masing.

Promosi yang kurang barangkali menjadi salah satu pemicu yang membuat Pildun U-17 kali ini kurang gereget. Di media, isunya kalah oleh kontroversi di panggung politik. Mulai kontroversi keputusan Mahkamah Konstitusi tentang batas umur capres dan cawapres hingga konflik terpendam antara Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: