Mengenal Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina: Sejarah, Tahapan Pembangunan, dan Fasilitasnya

Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza tahapan pertama selesai pada 28 April 2012. -MER-C-Brilio
Pada awal pendiriannya, Rumah Sakit Indonesia memiliki 100 beds rawat inap, 10 beds ICU, dan empat ruang operasi yang lengkap. Dilansir dari Republika, jumlah kapasitas bed meningkat menjadi 230 beds untuk saat ini.
BACA JUGA:Kicep Setelah Dikritik Biden, PM Israel Netanyahu Ralat Pernyataan Ingin Kuasai Gaza
Adapun kamar-kamarnya diberi nama dari 17.000 pulau di Indonesia. Misalnya, "Rumah Rawat Sumatra", "Rumah Rawat Sulawesi", dan lain-lain.
Selain diberikan nama pulau, beberapa ruangan utama di RSI juga diberikan nama penyumbang pembangunan rumah sakit.
Pelat penamaan ruang -Serambinews-
Salah satu hal yang unik adalah penamaan IGD yang secara khusus menggunakan nama "Instalasi Gawat Darurat Teungku Chik Ditiro".
Itu disebabkan bahwa seluruh alat fasilitas dalam ruangan ini berasal dari masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam.
Fasilitas kesehatan ini menyediakan fasilitas klinik rawat jalan, bedah umum dan ortopedi, departemen khusus untuk penyakit perut, hingga alat pemindai CT modern di Gaza.
BACA JUGA:Israel Tutupi Fakta Warga Gaza Kekurangan Makanan, Berlawanan dengan Pernyataan UNWRA
Rumah Sakit Indonesia ini mampu melayani pasien sebanyak 300.000-500.000 warga Palestina yang terdampak akibat konflik di Gaza.
Dilansir dari The Jakarta Post, rumah sakit ini dapat merawat lebih dari 250 pasien setiap hari sebelum konflik Hamas-Israel terjadi.
Adapun saat ini, rumah sakit tersebut secara keseluruhan merawat 4.665 orang sejak konflik pecah pada Oktober lalu, dilansir dari BBC.
BACA JUGA:Mengenal Unit Yahalom, Pasukan Khusus Israel untuk Lumpuhkan Terowongan Hamas
Rumah Sakit Indonesia ini dikelola oleh sekitar 400 orang saat awal pembangunannya. Mereka adalah tenaga medis yang terdiri dari dokter dan perawat. Hingga saat ini, jumlahnya meningkat menjadi 800 orang.
Mereka terdiri dari warga Palestina dari Gaza dan relawan Indonesia. Untuk gajinya, mereka dibayar oleh Kementerian Kesehatan Gaza dan beberapa sukarelawan Indonesia.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber