Whoosh Bisa Angkut 21 Ribu Penumpang Tiap Hari, Kenaikan Tarif Masih Dikaji
Mau Naik Kereta Whoosh di Awal Februari 2024? Catat Jadwal Keberangkatannya Nih-Tangkap Layar-
Tentu juga beberapa catatan evaluasi lain. Yakni seperti kejadian pada akhir Oktober lalu. Laju operasional Whoosh sempat terhenti akibat gangguan listrik.
Kala itu, gangguan terjadi karena kendala pasokan listrik dari PLN padam. Tepat pada pukul 10.30 WIB di gardu listrik Kiaracondong - Gedebage. Dua kereta tertahan yakni kereta nomor G1126 rute Tegalluar- Halim dan G1123 rute Halim - Padalarang.
Kini, KCIC telah berkoordinasi bersama PLN. Kedua pihak telah mengevaluasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Dan tentu kenyamanan dan keamanan penumpang terjamin.
Emir juga memastikan gangguan yang terjadi sepenuhnya akibat listrik yang padam. Bukan mogok di jalur. “Seluruh sarana kereta cepat juga tercatat tidak pernah mengalami kerusakan sejak dilakukan uji coba,” tandasnya.
BACA JUGA:Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diberi Nama
BACA JUGA:Beroperasi 1 Oktober, Menko Marves Luhut dan Menhub Budi Karya Bocorkan Soal Tarif KCJB Whoosh
Sebelum resmi beroperasi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa tarif resmi Whoosh memang sedang dikaji. PT KCIC pun mengusulkan sekitar Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu.
Sementara itu, sejumlah pengamat transportasi publik cukup pesimistis okupansi Whoosh bisa stabil bila tarif dinaikkan. Salah satunya diungkap oleh Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang.
Menurutnya, berakhirnya tarif promo kereta cepat akan berdampak pada turunnya permintaan masyarakat. Bahkan, ia menyebut risiko penurunan tingkat keterisian tempat duduk kereta cepat bisa mencapai 50 persen. Bila dihitung, bisa merosot hingga 5-7 ribu penumpang.
“Kecuali di periode akhir pekan,ya. Segmen pengguna yang sesungguhnya akan terbentuk bila tarif promo selesai,” kata Deddy. Ia meyakini mayoritas pengguna kereta cepat nanti akan didominasi oleh kalangan menengah ke atas. Maka PT KCIC harus punya strategi.
Setidaknya, imbuh Deddy, harus lebih kreatif. Misalnya, memberlakukan tarif gabungan atau bundling dengan moda lain. Dengan tarif normal Rp 300 ribu harus sudah termasuk tiket untuk LRT Jabodebek atau dengan moda transportasi lain. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: