Pertamina Ungkap Kontribusi Tekan Emisi Karbon Lewat NBS, Ini Penjelasannya

Pertamina Ungkap Kontribusi Tekan Emisi Karbon Lewat NBS, Ini Penjelasannya

PERTAMINA sukses kurangi misi karbon lewat NBS, ini penjelasannya. Foto: para pakar lingkungan membuka RESILENCE 2023 di Grha Pertamina, 24 November 2023.-Pertamina-

Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S. Asngari menjelaskan, pihaknya berkontribusi dalam NBS lewat program Blue Carbon Initiatives (BCI) dan Hutan Pertamina.

Mereka mengimplementasikan dua proyek utama BCI, yakni Kwatisore dan Lembata Project. Kemudian, ada tiga proyek Hutan Pertamina di UGM, di Badak LNG, dan di Mahakam.

"Di samping mendukung pengurangan karbon, program-program tersebut juga diarahkan pada pengembangan komunitas dan biodiversity," papar Agus Mashud.

BACA JUGA: Pertamina Berkomitmen Wujudkan NZE 2060

Sementara itu, Direktur Mobilisasi dan Sumberdaya Sektoral dan Regional, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wahyu Marjaka, menyebut bahwa implementasi NBS menjadi langkah upaya mitigasi perubahan iklim yang baik.

Konferensi internasional itu merupakan sinergi antara CSR PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation dan Universitas Pertamina.

Mereka mewadahi para ahli untuk berbagi ilmu kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Serta diharapkan dapat memberikan wawasan soal NBS terhadap pemangku kepentingan.

BACA JUGA: Stand UMKM Binaan Pertamina Dikunjungi Banyak Menteri

BACA JUGA: Pertamina Tampilkan UMKM dan Desa Wisata Binaan Dalam KTT ASEAN ke 42

RESILIENCE 2023 menghadirkan ahli-ahli lingkungan terkemuka. Di antaranya, Profesor Lee Chun Hung dari Departemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup National Dong Hwa University. Dr. Ahmad Adrie Amir dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Serta Andreas A. Hutahaean, Ph.D, Wakil Direktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia.

"NBS menjadi aksi nyata dalam menjaga dan melindungi sumber daya alam. Sehingga tercipta kapasitas adaptif dalam merespons konsekuensi dari perubahan iklim," kata Profesor Lee Chun Hung.

Kapasitas adaptif itu, menurutnya, mengacu pada kemampuan sebuah sistem, institusi, dan manusia dalam menyesuaikan diri terhadap potensi kerusakan. "Serta memanfaatkan peluang sehingga terbentuknya kehidupan yang sustainable," tambahnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: