Ongkos Politik Besar, RSJ di Sejumlah Daerah Siap Tampung Caleg yang Gagal

Ongkos Politik Besar, RSJ di Sejumlah Daerah Siap Tampung Caleg yang Gagal

Caleg Dapil II Kota Surabaya Tarmuji menyapa warga di dapilnya.-Boy Slamet-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebaiknya, para calon legislatif (caleg) menyiapkan mental lebih kuat lagi. Biar tak mendadak jadi pasien rumah sakit jiwa (RSJ) bila gagal mendapat kursi di DPR. Seperti yang banyak dijumpai pada pemilu-pemilu sebelumnya.

Salah satu penyebabnya, ongkos politik yang terlalu besar. Menurut Prajna Research Indonesia, modal menjadi caleg cukup variatif. Untuk tingkat kabupaten/kota bisa mencapai Rp 250 juta hingga Rp 300 juta.

Tentu jumlahnya lebih tinggi untuk calon anggota DPRD provinsi. Bisa tembus Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar. Calon DPR RI pun lebih besar lagi yakni mencapai Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar.

Data itu pun dikuatkan dengan rilis dari Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu beberapa bulan lalu. Bahkan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pernah menyebut ongkos politik menuju Senayan bisa mencapai Rp 40 miliar.

Agaknya, besaran ongkos itu tak jadi penghalang. Buktinya, jumlah caleg tiap pemilu terus bertambah. Daftar Calon Tetap (DCT) Pemilu 2024 untuk DPR RI tembus 9.917 orang.

Di Jawa Timur pun demikian. Jumlah DCT untuk DPRD Jatim naik dari Pemilu 2019. Dari 1.573 orang kini bertambah jadi 1.632 orang. Di Surabaya lebih ketat, 50 kursi DPRD Kota Surabaya diperebutkan 691 orang.

Caleg Dapil II Kota Surabaya Tarmuji mengatakan, ongkos menjadi caleg memang sangat bergantung pada tiap orang. Tetapi, ia tak menampik biaya kampanye memang cukup tinggi. Di tingkat kota, misalnya, biaya alat peraga kampanye (APK) bisa mencapai Rp 50 - Rp 100 juta.

Untuk satu APK seperti banner berukuran 2x3 meter butuh Rp 700 ribu. Maka tinggal dikalikan sesuai kebutuhan. Belum lagi suvenir seperti topi dan kaus. Meski KPU membatasi maksimal hanya boleh Rp 100 ribu per pcs.

“Itu belum untuk konsumsi ketika bertemu warga. Ini yang perlu dihitung juga,” tandasnya saat dihubungi, Jumat, 2 Desember 2023. Semakin tinggi tingkatannya memang makin tinggi biayanya. Sebab, butuh menjangkau massa yang lebih banyak

Menurut ahli psikologi Basilia Subiyanti Wilujeng, pemilu adalah peristiwa yang punya risiko tinggi secara psikis. Bahkan dikenal istilah election stress disorder, diagnosis medis untuk pasien depresi akibat pemilu.

Para caleg yang gagal sudah jelas harus tak punya cukup kesiapan mental. Mereka harus mampu menerima kesenjangan antara ekspektasi dan realita. Apalagi, para caleg ini biasanya sudah habis-habisan mempertaruhkan semua hal yang mereka punya. 

Faktor lainnya, imbuhnya, adalah niat atau motivasi yang kurang tepat. Goal setting yang keliru. Misalnya, caleg itu seharusnya benar-benar mengabdi untuk kepentingan rakyat. Tetapi, yang bersangkutan malah menjadikannya untuk mencari untung.

“Nah, kalau tujuannya sudah negatif maka akan langsung rentan stres begitu gagal,” tandas perempuan yang biasa disapa Lia itu. Maka, niat dan motivasi harus ditata sejak awal. Sebab, akan mengawali perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: