340 Kursi Roda untuk Anak-Anak Disabilitas di Jatim Diserahkan
Putu pun berharap pemerintah dapat membantu penyediaan kursi roda khusus seperti yang dikerjakannya, demi membantu mobilitas para difabel. "Seperti yang telah saya bilang, harganya mahal. Kursi roda seperti ini harus impor. Dulu pernah ada bantuan dari pemerintah. Tapi 1 tahun terakhir belum ada bantuan. Semoga kelak lebih diperhatikan," katanya.
Terkait itu, Arif dari Dinsos Jatim menyebut bahwa pihaknya akan menyusun kembali anggaran, terutama untuk para disabilitas anak-anak di Jawa Timur. "Kami akan merancang anggaran lagi untuk penyediaan dan sebagainya. Untuk distribusi, kami berkomitmen untuk mendistribusikan kursi roda hingga sampai ke rumah sasaran. Diantar ke rumah yang bersangkutan," ungkapnya.
Putu dan kawan-kawannya dari Global Village merupakan insan yang berjiwa sosial tinggi dan peduli terhadap para penyandang disabilitas. Komunitas itu didirikan pada 2013 di Bali, dan sejak 2016 hingga kini, telah berhasil mendistribusikan sebanyak 2.450 kursi roda ke seluruh Indonesia.
"Kami bergerak untuk membantu para disabilitas, dan kelompok kurang beruntung. Yakni mereka yang tidak memiliki akses terhadap kebutuhan hidup dasar, seperti layanan kesehatan, perumahan layak huni, air minum bersih, atau pendidikan," ungkapnya.
Setelah beberapa kursi roda selesai dirakit, anak-anak disabilitas mencobanya. Para orang tua memapah mereka, kemudian didudukkan di kursi roda. Milik Putu, digunakan oleh Muhammad Hamilul, anak penyandang hydrosefalus.
Hamilul tampak senang menggunakan kursi roda itu. Senyum terpancar dari wajahnya. Saat dibidik kamera, spontan ia melambaikan tangan. "Bisa buat jalan-jalan ya," katanya pada ibunya.
Muhammad Hamilul, anak penyandang hydrosephalus, terlihat senang ketika mencoba kursi roda didampingi salah seorang anggota Global Village Foundation. -Ma'ruf Zaky/HARIAN DISWAY-
Untuk lebih membuat nyaman posisi kepala Hamilul, salah seorang rekan Putu menata bantalan itu dari belakang.
BACA JUGA: KPID Jatim dan BK3S Jatim Tegaskan Jika Difabel Bukan Objek
Anak-anak penyandang celebral palsy butuh perhatian khusus. Pelan-pelan mereka didudukkan dalam kursi roda, kemudian diberi pengait. Meja lipat kecil dipasang di depan. Kursi roda itu memungkinkan mereka untuk duduk tanpa kesulitan.
Salah seorang anak celebral palsy, Dirgham Rafisdy Albiyansa, tampak tenang ketika duduk di kursi roda itu. Ia menoleh ke arah orang tuanya. Anak 3 tahun itu menunjukkan aura gembira. Ia dibawa berkeliling sejenak menggunakan kursi roda itu.
Kegembiraan anak-anak difabel adalah kegembiraan pula bagi para member yayasan, dan komunitas sosial itu. Juga bagi Konjen Australia.
Melihat keriangan anak-anak, juga kepedulian pada mereka, akan teringat kata motivasi dari Yvonne Pierre: Ketika Anda berfokus pada disabilitas seseorang, Anda akan mengabaikan kemampuan, keindahan, dan keunikan mereka.
Begitu Anda belajar untuk menerima dan mencintai mereka apa adanya, Anda secara tidak sadar belajar untuk mencintai diri sendiri tanpa syarat. (Guruh Dimas Nugraha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: