Rama Tambak, Pesan Kesetaraan dari Komunitas Mata Hati

Rama Tambak, Pesan Kesetaraan dari Komunitas Mata Hati

Rama Tambak, pesan kesetaraan dari Komunitas Mata Hati. Pentas Rama Tambak yang membuka mata publik, bahwa para difabel mampu berkarya, dan berkreasi.-Julian Romadhon-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Komunitas Mata Hati, yang bergerak di bidang pemberdayaan para disabilitas, menggelar pementasan wayang inklusi bertajuk Rama Tambak: Membangun Jembatan Kesetaraan. 

Pementasan itu berlangsung di Auditorium RRI Surabaya, pada 9 Desember 2023. Sebanyak 15 aktor yang sebagian besar di antaranya difabel, tampil dalam pentas wayang inklusi tersebut. 

Mengambil tema cerita dari kisah Ramayana, dikisahkan bahwa tokoh Rama ingin menyeberang dari negeri Ayodya menuju Alengka, untuk menjemput istrinya, Dewi Sinta, yang diculik Rahwana.

BACA JUGA: 340 Kursi Roda untuk Anak-Anak Disabilitas di Jatim Diserahkan

"Melalui Rama Tambak, kami menitipkan pesan tentang kesetaraan. Para disabilitas juga bisa berkarya, punya kemandirian, dan punya kreativitas. Mereka layak hidup setara dengan semua orang," ujar Dian Ika Riani, co-founder sekaligus humas Mata Hati.


Rama Tambak, pesan kesetaraan dari Komunitas Mata Hati. Adegan Rama, Laksmana, dan Anoman dalam Rama Tambak. Laksmana diperankan penyandang tunarungu. Anoman diperankan penyandang tunanetra.-Julian Romadhon-

Batu-batu dalam kisah Rama Tambak merupakan simbol penghalang. Namun, bila batu-batu itu disusun dengan benar, akan menjadi jembatan yang mampu menyatukan dua wilayah yang terpisah. "Seperti para difabel. Halangan tak membatasi mereka untuk bertumbuh menjadi insan kreatif," ungkap Ika. 

BACA JUGA: Semangat Diversity, Equity & Inclusion Warnai Peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional oleh Mercure Surabaya Grand Mirama

Pementasan itu dibuka dengan penampilan dari Cendolita Voice, yang membawakan lagu Rungkad. Kemudian anak-anak down syndrome tampil membawakan tarian Beksan Wanara. Tarian yang mengisahkan peperangan antara Subali-Sugriwa. 

Rama Tambak dibuka dengan adegan Rama, yang diperankan Jody Ardiansyah, bersama Laksmana yang diperankan Naufaldy, seorang penyandang tunarungu. Sugriwa, tokoh kera berbulu merah diperankan Iqbal, seorang penyandang tunanetra.

Dua penyiar radio senior: Boy Insaf dari Radio Suzanna, dan Rudy Aldy Mercury dari Mercury FM berperan sebagai dalang. Merekalah yang mengatur gerak-gerik para pemain, sembari melontarkan joke-joke yang mengundang tawa.


Rama Tambak, pesan kesetaraan dari Komunitas Mata Hati. Boy Insaf, penyiar Radio Suzanna, menuntun para aktor sembari melontarkan joke-joke yang mengundang tawa.-Julian Romadhon-

Laksmana menyampaikan dialognya dengan bahasa isyarat. Saat Rama bertanya tentang Sinta, tiba-tiba Sugriwa menyahut, "Saya sudah lama ragu dengan Anoman!."

Sontak, Boy menasihati tokoh Sugriwa. "Durung wayahe ngomong Anoman, iki sek takon Sinta. Waduh, lali dialog arek iki (Belum waktunya ngomong tentang Anoman. Rama masih bertanya tentang Sinta. Waduh, lupa dialognya anak ini, Red)," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: