WHO Laporkan 1.166 Kasus Antraks di Afrika, Epidemiolog Peringatkan Ada Kaitan dengan Masalah Iklim
Terkait antraks yang terjadi di Afrika, epidemiolog dari Griffith University Dr. Dicky Budiman, B.Med. MD M.Sc.PH Phd menilai kasus antraks di Afrika menjadi yang terburuk dalam lima tahun terakhir karena menyumbang 20 kasus kematian. --
HARIAN DISWAY - World Health Organization (WHO) melaporkan wabah antraks menginfeksi lima negara di Afrika Timur dan Afrika Selatan. Dengan lebih dari 1.100 kasus yang dicurigai dan 20 kematian pada 11 Desember 2023.
Dilansir dari laman LeMatinal Media, WHO merincikan total 1.166 kasus antraks ditemukan di negara Zambia, Zimbabwe, Malawi, Uganda, dan Kenya.
WHO juga melaporkan biasanya antraks menyerang herbivora liar dan ternak, seperti domba, kambing, dan sapi. Jika manusia bersentuhan dengan produk hewani atau hewan yang terkontaminasi, mereka mungkin terinfeksi antraks.
Menanggapi masalah antraks yang terjadi di Afrika, epidemiolog dari Griffith University Dr. Dicky Budiman, B.Med. MD M.Sc.PH Phd menilai kasus antraks di Afrika menjadi yang terburuk dalam lima tahun terakhir karena menyumbang 20 kasus kematian.
Dicky menyebut faktor dampak dari pemanasan global yang diiringi perubahan iklim yang menyebabkan penyebaran kasus antraks di Afrika.
BACA JUGA: Curiga Daging yang Anda Beli Terjangkit Antraks? Virus Bisa Dibunuh dengan Cara Ini
“Ini tidak lepas dari situasi global, Bumi ini semakin buruk dengan perubahan iklim dan negara miskin akan sulit mencari makanan. Sehingga ada hewan mati, warga akan tetap memakannya. Ini salah satu contoh dampak serius dari perubahan iklim,” ujar Dicky.
“Potensi wabah akan semakin meningkat seiring dengan pemanasan global atau iklim bumi yang semakin buruk ini karena akan muncul dampak secara langsung dan tidak langsung,” catat Dicky.
Dicky mencontohkan dampak yang dirasakan Indonesia saat ini ialah semakin menyebar infeksi akibat dari perantara nyamuk yaitu demam berdarah dan malaria.
Dicky mewaspadai seiring waktu tidak bisa menutupi kasus antraks terjadi di Indonesia karena iklim membuat tanah semakin kering.
“Yang terjadi di Afrika, tentu ini menjadi kewaspadaan bagi orang Indonesia. Diharapkan Indonesia tidak mengimpor daging dari Afrika terlebih dahulu. Lalu bisa juga melakukan pembatasan pada pintu masuk pendatang dari Afrika,” pungkas Dicky. (Wehernius Irfon)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: english.lematinal.media