Pengamat: Megawati Tak Paksakan Kepemimpinan Milik Pribadi atau Warisan

Pengamat: Megawati Tak Paksakan Kepemimpinan Milik Pribadi atau Warisan

Megawati Soekarnoputri semprot sikap TNI yang keroyok relawan Ganjar di Boyolali-Foto/Tangkapan Layar/YouTube-

HARIAN DISWAY, JAKARTA - Pidato Megawati pada HUT PDIP Ke-51 mendapatkan apresiasi dari sejumlah pengamat. Pidatonya dinilai membawa pencerahan dan pendidikan politik bagi bangsa, terutama dalam situasi saat ini. 

Pandangan ini, disampaikan oleh Nur Iswan, pengamat Kebijakan dan Bisnis, Jumat, 12 Januari 2024.

"Dalam situasi krusial, Megawati lagi-lagi menunjukan kelasnya sebagai Negarawati. Ia menjadi Ibu Bangsa sekaligus penjaga martabat konstitusi, etika, hukum dan iklim demokrasi," kata Iswan.

Pesan tersirat dari pidato Megawati, lanjut Iswan, adalah pertama dan yang utama bermakna penegasan kembali bahwa negara ini adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan.

"Bu Mega seperti sedang mengingatkan dengan sangat keras terutama kepada elite agar kembali kepada nurani dan etika. Jangan menjalankan kekuasaan dengan ugal-ugalan atau semau-maunya," katanya.

Megawati adalah salah satu teladan dalam berpolitik dan bernegara, lanjut Alumni School of Publick Policy and Administration, Carleton University, Kanada, itu.

"Beliaulah yang memandu Reformasi 89-98 lalu bersama Gus Dur, Sultan Jogja, Amien Rais dll. Salah satu tujuan reformasi kan tegaknya etika kepemimpinan, hukum yang kokoh dan adil serta kebebasan atau demokrasi yang sehat," ucapnya.

BACA JUGA:Pesan Megawati Untuk KPU dan Bawaslu di HUT PDIP ke-51: Tolong dong Kerja yang Bener!

Sebagai tokoh reformasi dan demokrasi, dalam pandangan Iswan, Megawati nampaknya prihatin, masygul dan seperti terlukai oleh perkembangan politik dan hukum akhir-akhir ini.

"Sindirannya kan terang benderang. Demokrasi dan tegaknya hukum adalah cita-citanya. Tapi seperti mundur ke belakang saat ini," urai Iswan.

Kedua, Iswan memberi penjelasan lebih lanjut, ketika tahun 2004 pada saat ia menjadi Presiden petahana dan maju kembali dalam Piplres 2004.

"Sebagai Presiden ia memberi contoh baik yakni tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Di Pilpres 2014 pada saat ia masih punya kesempatan maju kembali, ia memilih mendorong Jokowi,” ungkap Iswan.

BACA JUGA:Pidato Garang Megawati di HUT ke-51 PDIP: Kekuasaan Dijalankan Semau-maunya, No, No, and No!

Bahkan, lanjut Iswan, pada Pilpres kali ini, ia juga tidak mendorong anaknya — Puan Maharani yang sesungguhnya layak — sebagai Capres PDIP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: