The Other Side of Umrah (3): Toleransi di Masjid Nabawi

The Other Side of Umrah (3): Toleransi di Masjid Nabawi

PROF Rahma Sugihartati (tengah) berada di Masjid Nabawi.-Dok Pribadi-

PAGI-PAGI kami sudah bangun, mandi, dan bersiap diri untuk melaksanakan ibadah salat Subuh. Pukul 02.00 waktu Madinah kami sudah bangun tidur.

Pukul 03.00 kami berangkat ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan salat berjamaah. Hotel kami hanya sekitar 100 meter dari Masjid Nabawi. Jadi, tidak butuh waktu lebih dari 5 menit berjalan kaki untuk sampai di pelataran masjid.

Meski langit masih gelap, halaman Masjid Nabawi sudah dipenuhi jamaah yang hendak menunaikan salat Subuh.

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (1): Bersikap Ikhlas Ternyata Tidak Mudah

Menurut jadwal, salat Subuh seharusnya dilaksanakan pukul 05.45. Namun, banyak jamaah yang sudah hadir karena mereka sebelumnya mengisi waktu dengan melakukan ibadah sunah seperti salat Tahiyatul Masjid, salat Tahajud, salat Hajat, dan salat Witir.

Suasana salat di Masjid Nabawi, Madinah, memang berbeda. Khusyuk dan khidmat. Antusiasme jamaah melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi mengisyaratkan betapa besar kerinduan para jamaah untuk dapat beribadah di salah satu masjid yang didirikan Nabi Muhammad SAW itu. 

Di Masjid Nabawi terdapat makam Nabi Muhammad junjungan umat Islam di berbagai belahan dunia. Banyak jamaah yang ingin melaksanakan ibadah di taman surga itu. Sebab, mereka yakin bahwa doa-doanya akan dikabulkan Allah SWT.

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (2): Berdoa di Tanah Suci untuk Kolega

Toleransi

Masjid Nabawi adalah masjid terbesar yang ada di Kota Madinah. Masjid Nabawi diyakini dulu adalah rumah tempat tinggal Nabi Muhammad setelah hijrah ke Madinah di tahun 622 Masehi.

Masjid Nabawi merupakan masjid kedua yang dibangun Nabi Muhammad setelah Masjid Quba yang didirikan dalam perjalanan hijrah nabi dari Makkah ke Madinah. 

Masjid Nabawi dibangun di tempat unta tunggangan Nabi Muhammad menghentikan perjalanannya dan didirikan sejak waktu pertama Nabi Muhammad tiba di Madinah.


BAGONG Suyanto di depan Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah.-Dok Pribadi-

Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin Amr –yang kemudian dibeli Nabi Muhammad untuk dijadikan tempat tinggal dan masjid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: