Debat Cawapres dan Into the Water

Debat Cawapres dan Into the Water

Ilustrasi debat cawapres dan Into the Water.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

MINGGU, 21 Januari 2024, telah dilangsungkan debat cawapres. Tema yang diusung ialah Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam dan Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa

Temanya sesuai dengan kebutuhan tata kelola bernegara. Setiap negara pasti punya tujuan dan untuk mencapainya dilakukan pembangunan. 

Agar aktivitas pembangunan tidak merusak lingkungan, dihadirkan model pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan itu memberikan basis nilai-nilai ekonomi, ekologi, dan sosial secara integral.

BACA JUGA: TKN Fanta Optimistis Elektabilitas Prabowo-Gibran Naik Usai Debat Cawapres 

Dengan nilai-nilai tersebut, berarti SDA harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab agar tidak menjadi kutukan. 

Kita bersyukur hidup di sebuah negara yang kaya SDA. Kekayaan itu akan berguna bagi kemakmuran sebesar-besar rakyat sedasar Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, tentu harus di-manage oleh SDM yang memiliki kesadaran ekologis tinggi. 

SDA harus diakrabi dengan bertumpu pada kaidah dasar bernegara (staatsfundamental norm): dikelola secara adil dengan menjaga keadaban kepada masyarakat adat. Dan, desa adalah titik tolak sebuah negara untuk memenuhi kebutuhan hajat hidup warganya. 

BACA JUGA: Mengenal Demo Rompi Kuning di Prancis yang Disebut Gibran Saat Debat Cawapres

Untuk itulah, belajar pada referensi tua seperti Desawarnana atau Nagarakretagama karya Empu Prapanca (1365) maupun Kakawin Sutasoma kreasi Empu Tantular (1389), dapat diketahui bahwa untuk menjaga negara itu diawali dari tingkat teritori terkecil, yaitu desa.

Pupuh 350 Kakawin Nagarakretagama berbunyi: Apanikang pura len swawisaya kadi singha lawan gahana; Yan rusakang thani milwangakurangupajiwa tikang nagara; Yan taya bhrtya katon waya nika para nusa tekang reweka; Hetu nikan padha raksanapageha kalih phalaning mawuwus

Itulah sabda Raja Hayam Wuruk yang inti maknanya dengan memperhatikan terjemahan I Ketut Riana (2009) adalah negara dan desa itu ibarat singa dengan hutan, apabila desa rusak, rusaklah negara karena kekurangan pangan, apabila tidak ada tentara yang kuat, pasti negara mudah diserang musuh, untuk itulah peliharalah keduanya. 

BACA JUGA: Walhi Kritisi Program Hilirisasi yang Dibahas di Debat Cawapres

Pesan tersebut amat fenomenal dalam peradaban ekologis leluhur bahwa membangun negara harus berpijak pada desa. 

Melihat tampilan para cawapres, tampak mereka semua peduli mengenai isu lingkungan hidup. Saya sendiri menikmati acara debat cawapres sambil mengenang gerakan rakyat dalam diskusi-diskusi kecil yang setia mengusung pembahasan ”panen hujan”. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: