Indonesia 2024–2029: Selamat Datang, Neoliberalisme Inklusif!
Ilustrasi neoliberalisme inklusif di Cile.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Inspirasi untuk Indonesia 2024–2029
Tidak mudah untuk menentukan secara persis model pembangunan ekonomi Indonesia. Namun, mustahil untuk menyebutnya mengikuti model sosialisme.
Sejak Orde Baru dan bahkan setelah berada pada masa reformasi sampai sekarang ini, sepertinya aman jika disebut bahwa ekonomi Indonesia makin liberal, hampir semua sektor sudah mengikuti aturan main yang berlaku dalam mekanisme pasar.
Jadi, jika disebut ekonomi Indonesia telah mengikuti model liberalisme, bahkan neoliberalisme, sepertinya tidak banyak yang berkeberatan, setidaknya secara teknis.
Secara politis, amat mungkin dijumpai beberapa pihak yang tidak setuju karena konotasi negatif yang hampir selalu melekat pada sebutan tersebut.
Tentu saja di dalamnya masih menyisakan elemen sosial, mislanya, terlihat pada dunia kesehatan dan berbagai bantuan sosial yang acap kali disalurkan. Neoliberalisme yang telah mengalami penyesuaian. Jika mengikuti nama yang digunakan dalam buku The Chile Project, itu mungkin dapat disebut juga sebagai neoliberalisme pragmatis.
Adakah yang demikian akan berubah ketika pada tahun 2024 akan terjadi pergantian pimpinan nasional? Jawabannya dapat dibuat dengan tegas, yakni tidak hendak ada perubahan yang radikal.
Model pokoknya tetap liberalisme atau neoliberalisme. Tidak satu pun dari tiga pasangan calon pimpinan nasional menyebut secara tegas tentang kemungkinan perubahan model pembangunan ekonomi yang hendak dianut, seperti yang jelas-jelas terlihat dalam visi-misi yang ditawarkan kepada pemilih.
Yang terlihat hanya bertambahnya elemen sosial yang ditawarkan, sebagai strategi untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, sebagai akibat dari model pembangunan yang selama ini telah berjalan.
Perbedaannya hanya terletak pada intensitas atau gradasi bantuan sosial yang ditawarkan. Yang mengandung elemen sosial tertinggi mungkin sedikit mendekati derajat yang ada dalam model negara kesejahteraan. Mungkin bisa disebut dengan nama neoliberalisme inklusif jika mengacu pada pengalaman Cile.
Pada ujungnya, perlu diucapkan selamat datang neoliberalisme inklusif di Indonesia. Untuk mengurangi kemungkinan munculnya kontroversi dapat disebut sebagai model ekonomi pasar sosial (social market economy), sekalipun tidak persis sama.
Catatan yang perlu dibuat hanya berkaitan dengan kemungkinan telah lahirnya ketimpangan horizontal di Indonesia, sekalipun di sisi lain ketimpangan ekonomi Indonesia –jika diukur dengan Indeks Gini, misalnya– tampak jelas lebih rendah daripada yang dijumpai dalam sejarah Cile. (*)
Suwarsono Muhammad, pembelajar peradaban dan penulis buku Kapitalisme Religius, LP3ES, 2023-Dok Pribadi-
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: