Silaturahmi dengan Kasih Sayang, Bursa Lukisan Komunitas Brighten Art Digelar untuk Memancing Minat Apresiator
Sebagai bursa lukisan, di antara sebagian karya para pelukis Brighten Art, disertakan pula lukisan yang dibuat dalam kanvas berukuran kecil. Murah dan handy untuk dibawa sebagai cenderamata. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Para perupa Brighten Art menggelar bursa lukisan bertajuk Silaturahmi dengan Kasih Sayang. Berlangsung di Galeri Dewan Kesenian Surabaya sejak 26 Januari hingga 1 Februari, ada beragam ekspresi bertema cinta.
Dibentuk sejak November 2023, komunitas Brighten Art telah tiga kali menggelar pameran. Yang ketiga kali ini digagas sebagai wujud silaturahmi antarpelukis dan pengunjung. “Kami tidak hanya memberikan ruang bagi para pelukis tetapi yang lebih penting menggarap sisi ekonominya,” ujar Nini yang menggagas pameran bersama Kak Herry.
Karena itu, sebagai bursa, maka di antara lukisan seharga Rp 1 juta hingga Rp 50 juta, para pelukis disilakan menyertakan lukisan yang dibuat dalam kanvas berukuran kecil. Murah dan handy untuk dibawa sebagai cenderamata. “Biar tak cuma pelukis berjaya saja pegang dolar. Ada yang pegang rupiah. Ada juga yang pegang yen alias yen lukisane payu (kalau lukisannya laku, Red),” kata Nini, bergurau.
BACA JUGA: Eksplorasi Kreatif Ariel Ramadhan dalam Pameran Tunggal ke-5 Menyajikan Metamorfosis
Sebagai bursa, pameran ini tak lupa memperhatikan kualitas. Masing-masing harus menunjukkan karay terbaik. Kali ini Nini membawa lukisan berjudul Bungaku. Berlatar putih dengan berbagai bunga berwarna cerah. Ada matahari, anggrek, mawar, tulip, dandelion, dan lain-lain. Sulur-sulur daun menjadi aksen dengan warna hijau yang tajam pada beberapa sisi. Di sisi lainnya soft.
Nini Sumini dengan lukisan Bungaku yang memaknai rasa syukur terhadap keberagaman latar belakang anggota Brighten Art. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Selain perwujudan kasih sayang yang membuat orang ceria, Bungaku juga memaknai rasa syukur terhadap keberagaman latar belakang anggota Brighten Art. Meski berbeda, tetap kompak. “Bungaku mencerminkan keberagaman masyarakat. Layaknya keragaman jenis bunga yang memberi nuansa teduh dan nyaman bagi alam sekitar,” terang Nini.
Perupa Yanu Irwan menyertakan Pasar Tradisional Bali. Menggambarkan aktivitas pasar tradisional di Pulau Dewata. Para pedagang yang rata-rata perempuan menyunggi barang dagangan. Diguratkan secara impresif, lukisan itu bernuansa ceria. Warna-warna klasik dituangkan untuk menghadirkan suasana lampau di Bali.
Uki Mandra tajam mengingatkan peristiwa besar dalam judul November 2004. Perupa vector art figur mendiang Munir Said Thalib, pejuang HAM itu. Judulnya menunjukkan bulan dan tahun terbunuhnya Munir saat di Rumania. Dengan melihat karya itu, Uki ingin agar para pelajar dapat mempelajari sejarah perjalanan bangsa. Berikut kiprah tokoh-tokohnya.
Karya Uki Mandra yang mengingatkan peristiwa besar dalam judul November 2004 dalam vector art yang menggambarkan figur mendiang Munir Said Thalib. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
Dengan Imago, Paulina Soesri menggambarkan proses metamorfosa. Dari kepompong, terpecah, menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu itu segera bergabung dengan kupu-kupu lain yang terbang di sekitarnya. Di bagian tepinya terdapat dedaunan hijau. Di kanan-kiri terdapat bunga berwarna merah merona.
Kupu-kupu itu tampaknya mengitari kedua bunga tersebut. Seperti hendak menghisap nektar, dan proses itu membantu penyerbukan bunga secara alami. Merujuk tema, kupu-kupu dan bunga saling bersimbiosis mutualisme. Sama-sama membantu. Terkait karyanya itu, guru SMAK St Louis 1 itu Paulina melontarkan satu pertanyaan menggugah: “Jika binatang saja bisa peduli terhadap yang berbeda, masa manusia tidak bisa?”.
Di antara para pengunjung, tampak dua pelajar SMK Kristen Harapan Sejati mengapreasiasi. Maria dan Bella. Sembari menikmati karya keduanya sekalian berkenalan dengan para pelukis. “Senang bisa melihat lukisan bagus-bagus. Apalagi bisa berdialog dengan para pelukisnya langsung,” ujar Bella. Sementara Maria tertarik menambah pengetahuan tentang seni rupa murni.
Ditambahkan peserta pameran, Supa’at Margie berharap Silaturahmi dengan Kasih Sayang menjadi jawaban atas tantangan yang dihadapi para pelaku seni di Surabaya. Menurutnya, pameran seni rupa atau pertunjukan seni apa pun harus diperbanyak untuk memancing minat dan kecintaan warga Surabaya pada seni.
“Dengan pameran sikap apresiatif masyarakat dapat terbangun. Nantinya mereka akan lebih menghargai karya seni. Memang jika melihat trennya, orang Surabaya lebih mencintai kuliner. Tapi ke depan, semoga masyarakat mamin lebih mencintai seni. Karena seni penting sebagai sarana rekreatif,” kata ketua Ikatan Pelukis Indonesia (IPI) itu.
Karya 34 pelukis komunitas Brighten Art membawa pesan positif bahwa hubungan antar-manusia dan sesama mahluk Tuhan, apa pun itu, wajib dijaga dengan semangat kasih. -M Sahirol Layeli-HARIAN DISWAY
BACA JUGA: Mr D dalam Pameran Bermain dan Mempermainkan: Memproses Informasi Visual dengan Kodeisme
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: