Salam Empat Jari

Salam Empat Jari

Ilustrasi salam empat jari yang dipopulerkan politikus PDIP Masinton Pasaribu. -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Jokowi memainkan pork barrel politics, ’poltik gentong babi’, bagi-bagi uang dan sembako, untuk mendongkrak popularitas Prabowo-Gibran yang beberapa waktu terakhir mandek.

Pencitraan gemoy hancur berantakan. Bukannya memamerkan penampilan lucu dan menggemaskan, Prabowo lebih terlihat sebagai sosok yang lelah dan nyaris putus asa. 

Pada sebuah kesempatan, ia terlihat lunglai kehilangan semangat dan tatapannya nanar. Gibran yang semula diharapkan menjadi booster pendorong elektabilitas ternyata sekarang malah menjadi beban.

Berbagai upaya dilakukan, tetapi elektabilitas susah bergerak. Tidak ada cara lain, Jokowi harus turun gelanggang menjadi jurkam untuk menyelamatkan masa depan dirinya, anak-menantunya, dan seluruh keluarganya.

Gerakan mengadang Jokowi malah menguat seiring dengan makin terbukanya keterlibatan Jokowi dalam berkampanye. Sejumlah kampus sudah mulai bergerak. 

Sekelompok alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) mengeluarkan petisi yang memperingatkan Jokowi untuk menghentikan manuver politiknya yang berisiko tinggi. Gerakan Indonesia Darurat Kenegarawanan akan menggelinding bak bola salju.

Di masa reformasi, pergerakan dari kampus akan menjadi kekuatan yang sangat menentukan. Kala itu kampus-kampus di Jakarta menjadi motor gerakan reformasi. Kali ini motor gerakan berpindah ke Yogyakarta, dari kampus yang notabene almamater Jokowi sendiri.

Gerakan dari UGM segera disambut kampus lain. Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta membuat gerakan serupa. Gayung bersambut dan kelihatannya gerakan itu akan merembet ke banyak kampus di Indonesia. 

Kampus-kampus yang selama ini tiarap karena terkooptasi oleh kekuasaan kelihatannya akan mendapatkan keberanian baru untuk bangkit.

Jokowi mencium gelagat itu. Ia tidak terlalu pede lagi dengan strategi menang satu putaran seperti yang selama ini dicanangkan. Realitas politik di lapangan menunjukkan bahwa target satu putaran terlalu riskan untuk dipaksakan. 

Elektabilitas Prabowo-Gibran yang macet tidak memungkinkan didorong dengan upaya-upaya ekstra yang mengarah pada kecurangan dan abuse of power, ’penyalahgunaan kekuasaan’.

Jokowi mulai berupaya menawarkan rekonsiliasi dengan Megawati Soekarnoputri. Banyak beredar kabar bahwa Jokowi ingin bertemu dengan Megawati. Namun, publik tahu bahwa Megawati tidak akan semudah itu untuk bisa diluluhkan. 

Perseteruannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah berlalu 20 tahun, tetapi sampai sekarang Mega belum bisa benar-benar move on.

Luka Mega terhadap Jokowi mungkin bisa sedalam luka terhadap SBY. Mega merasa dikhianati dan ditikam dari belakang oleh SBY. 

Sementara itu, Jokowi tidak hanya menikam dari belakang, tapi menendang dari depan dan menyodok dari samping kiri dan kanan serta menginjak dari atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: