Zohran Mamdani for President
ILUSTRASI Zohran Mamdani for President.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
ZOHRAN Mamdani menjadi politikus paling populer di planet bumi ini setelah memenangkan pemilikan wali kota New York City, 4 November 2025. Kemenangannya terasa fenomenal dan sensasional. Pasalnya, Mamdani –generasi milenial berusia 34 tahun– mengalahkan Andre Cuomo –generasi kolonial yang berusia 64 tahun– hampir dua kali lipat usia Mamdani.
Fenomenal karena Mamdani menampilkan gaya politik yang benar-benar fresh dan orisinal. Sensasional karena Mamdani menantang semua kemapanan, ”against all odds”, melawan elite-elite politik dan ekonomi New York yang sudah menjadi oligarki puluhan tahun.
Menggemparkan karena Mamdani menjadi wali kota muslim pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS). Gaya politiknya menarik anak-anak muda milenial dan generasi Z. Ia sukses memadukan media sosial dan gaya blusukan dari rumah ke rumah.
BACA JUGA:Zohran Mamdani Unggul di Pilwalkot New York, Trump Cemas
Hampir pasti gaya politik dan kampanye Mamdani akan menjadi tren baru dunia. ”Zohran Style” akan menjadi gelombang baru politik anak muda yang social media savvy alias pandai memanfaatkan media sosial, berani menantang kemapanan, dan memadukannya dengan ”face-to-face politics”, sentuhan personal.
Indonesia pernah mengalami fenomena serupa dengan kemunculan Joko Widodo (Jokowi) pada awal 2000-an. Jokowi menjadi fenomena karena lahir dari kelas rakyat yang sederhana. Ia dianggap sebagai representasi dari rakyat dan menjadi antitesis dari politik elite yang menjemukan.
Jokowi mendominasi lanskap politik nasional dengan gaya blusukannya yang ketika itu terlihat genuine. Ia meroket dari tukang kayu menjadi wali kota, kemudian menjadi gubernur ibu kota, dan selebihnya adalah sejarah.
BACA JUGA:Profil Zohran Mamdani, Calon Wali Kota Muslim Pertama New York yang Pro Palestina
BACA JUGA:Trump Sebut Zohran Mamdani Komunis, Ancam Potong Dana untuk New York Jika Terpilih Jadi Wali Kota
Fenomena Jokowi berangsur hilang. Lalu, muncullah Prabowo. Gaya politiknya retoris dan cenderung membosankan. Maka, muncullah Deddy Mulyadi di Jawa Barat. Tidak orisinal dan lebih mirip Jokowi Part Two. Ia memainkan simulakra ala Jokowi dan cukup efektif.
Kemudian, muncullah Purbaya Yudhi Sadewa from nowhere, ’tidak dikenal sebelumnya’. Ia bukan politikus. Gayanya selengean mirip slanker. Ia terlihat genuine, lebih orisinal, masih belum banyak tersentuh pencitraan. Namanya meroket dengan cepat.
Tapi, Deddy Mulyadi dan Purbaya sama-sama terbentur tembok yang tidak terlihat (invisible wall). Deddy Mulyadi bermain aman di level bawah dan menghindari sentuhan –apalagi benturan– dengan level atas.
BACA JUGA:Zohran Mamdani Unggul di Pemilihan Pendahuluan Wali Kota New York
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: