Nasionalisme Ekonomi untuk Indonesia Maju 2045
Ilustrasi nasionalisme ekonomi dan Indonesia maju 2045-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kepentingan nasional AS untuk menjaga kepemimpinan teknologi (sekaligus kesejahteraan ekonomi) yang dimiliki menghasilkan beragam tindakan untuk menghambat penguasaan teknologi microchips oleh Tiongkok.
BACA JUGA: Nusron Wahid Balas Hasto: Biarkan Kabinet Indonesia Maju Tetap Bekerja
Tidak hanya melarang pengiriman produk jadi terbaru, bahkan alat produksinya juga dilarang. Terbaru, AS sepakat dengan Belanda untuk tidak mengekspor peralatan terbaru untuk memproduksi microchips ke Tiongkok yang dihasilkan ASML.
KONDISI INDONESIA
Kepentingan nasional menjadi fondasi dasar kebijakan negara guna mencapai tujuan nasional, yakni Indonesia Maju 2045. Ukuran universal kemajuan negara adalah tingginya gross domestic product (GDP) per kapita.
BACA JUGA: Kolaborasi Caleg DPRD Surabaya Bagas Iman Waluyo dan Ahmad Dhani di Konser Indonesia Maju
Bank Dunia menetapkan minimum threshold USD 13.025 (2022). Indonesia baru mencapai USD 4.788 (2022) dan diproyeksikan minimum threshold negara maju tahun 2045 sebesar +USD 19.800.
Dalam 22 tahun ke depan, Indonesia harus meningkatkan volume ekonominya lima kali lipat dari kondisi sekarang. Transformasi ekonomi guna menghasilkan produk bernilai tambah tinggi merupakan keharusan.
Bila tidak, Indonesia terancam masuk middle-income trap sebagaimana Argentina atau Brasil.
BACA JUGA: Di HUT PSI ke-9, Prabowo Tegaskan Bahwa Koalisi Indonesia Maju Adalah Tim Jokowi
Hilirisasi industri nikel atau bauksit merupakan langkah awal yang patut diapresiasi untuk meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi Indonesia. Namun, nilai ekonomi terbesar terletak pada produk akhir yang digunakan konsumen.
Misalnya, penjualan mobil di Indonesia tahun 2022 mencapai 1.048.040 unit. Data Gaikindo menunjukan top 10 merek mobil yang terjual, +91,5 persen berasal dari Jepang. Data AISI menunjukkan pasar domestik motor di Indonesia sejumlah 5.221.470 unit, +98 persen juga berasal dari Jepang.
Cukup mengherankan, negara yang telah menghasilkan pesawat belum bisa memproduksi (merek, desain, dan rakit) mobil nasional. Dengan kata lain, kita hanya menjadi pasar bebas dari produk bernilai tinggi negara lain.
BACA JUGA: Prabowo Terima Dukungan Relawan Pedagang Indonesia Maju
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: