Di Depan Makam Dr Soetomo, si Celurit Emas KH Zawawi Imron Serukan Persatuan dalam Ziarah Kemerdekaan

Di Depan Makam Dr Soetomo, si Celurit Emas KH Zawawi Imron Serukan Persatuan dalam Ziarah Kemerdekaan

KH Zawawi Imron serukan persatuan dalam Ziarah Kebangsaan. KH D Zawawi Imron saat tampil dalam acara Ziarah Kebangsaan: Refleksi Indonesia Damai, di makam Dr Soetomo, Surabaya, pada 10 Februari 2024.-Julian Romadhon-

Musisi Arul Lamandau berdiri di sisi kanan pusara. Ia memegang biola, memainkan dua lagu. Yakni Bagimu Negeri dan Syukur. Semua yang hadir turut menyanyikan dua lagu nasional tersebut. Kemudian, bergantian menabur bunga.

Di antara seniman yang hadir, terdapat tokoh ludruk H Agus Kuprit. Ia menabur bunga sembari ber-jula-juli, atau bersenandung gaya bahasa Jawa Suroboyoan. Namun, pesan-pesan yang disampaikan adalah pesan persatuan. 

Nang Jombang, kampung kepatihan, onok selimut geletakan. Mbah buyut berjuang mati-matian, sing direbut kemerdekaan.


KH Zawawi Imron serukan persatuan dalam Ziarah Kebangsaan. KH D Zawawi Imron membacakan puisi karyanya berjudul -Julian Romadhon-

Jika diterjemahkan: Di Jombang, kampung kepatihan, ada selimut tergeletak. Kakek buyut berjuang mati-matian, merebut kemerdekaan. Maknanya, Agus ingin semua orang menghargai perjuangan leluhur yang pernah berjuang untuk kemerdekaan RI.

Setelah Agus, KH Zawawi membaca karya puisinya berjudul Di Bawah Sang Merah Putih. Puisi itu menyerukan tentang pentingnya persaudaraan di tengah keberagaman. 

BACA JUGA:Perayaan Panjebar Semangat Rayakan 90 Tahun Usia dalam Tema Jangan Kepaten Obor

Di atas pusara Dr Soetomo, kita berkumpul untuk mengenang jasa dan pengorbanan beliau kepada negeri tercinta Indonesia.. mari kita pandang bendera merah putih dengan hati yang bersih... 

Begitulah kutipan puisi karya penyair berjuluk Celurit Emas tersebut. Selama membaca, bibir budayawan sepuh itu bergetar. Ia begitu ingin melihat sesama anak bangsa bersatu. Tidak terpecah-belah oleh perbedaan, apalagi hanya soal berbeda pilihan.

"Apa pun itu, biar agamanya beda, rasnya beda, tak masalah. Kita boleh berbeda dalam hal apa saja. Tapi, kita nurani kita bersumber pada keindahan hati, kejernihan batin," ujarnya, sembari meletakkan telapak tangannya di dada.

Ia memungkasi dengan kalimat, "Rukun sebangsa dan setanah air. Bergandengan tangan untuk tetap bersatu. Di bawah naungan merah putih". (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: