Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 21 Februari, Fondasi Identitas Kultural dan Komunitas yang Kuat

Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 21 Februari, Fondasi Identitas Kultural dan Komunitas yang Kuat

Masyarakat Bangladesh merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai salah satu hari tragis dalam sejarah mereka dengan cara mengunjungi Shaheed Minar, yaitu monumen untuk mengenang peristiwa pada 1952. -iStock-

HARIAN DISWAY - Tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa pada Februari ini ada peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional atau International Mother Language Day yang jatuh setiap tanggal 21 Februari. Bagaimana agar Bahasa Ibu di Indonesia tetap lestari?

BACA JUGA: Politisasi Bantuan Sosial? Pelanggaran Hukum, Etika, dan Akuntabilitas Publik

Februari 2024 merupakan bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada tanggal 14 lalu bangsa Indonesia melaksanakan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden serta calon-calon legislatif sebagai wakil rakyat di parlemen. Tanggal itu bertepatan dengan hari kasih sayang atau Valentine’s Day. 

Tak lama setelah itu, ada peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. Peringatan ini sering luput dari perhatian karena tidak begitu dikenal di kalangan masyarakat umum. Namun, bagi masyarakat yang berkecimpung dalam dunia pendidikan terutama yang terkait dengan bidang bahasa mungkin tidak bergitu asing dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ini. 

Tujuan perayaan ini adalah untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya multikulturalisme dan multibahasa, serta untuk mempertahankan dan melindungi keanekaragaman bahasa di seluruh dunia. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk menghargai dan mempromosikan bahasa ibu mereka sendiri serta bahasa ibu orang lain di sekitar mereka.

Gagasan munculnya peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional ini berasal dari Bangladesh karena adanya permasalahan bahasa di Pakistan Barat dan Pakistan Timur (saat ini Bangladesh). Kedua daerah tersebut berbeda dalam hal budaya, bahasa, dan sebagainya. 

Pada 1948 pemerintah Pakistan mendeklarasikan bahasa Urdu sebagai satu-satunya bahasa nasional Pakistan meskipun bahasa Bengali atau Bangla digunakan oleh mayoritas orang yang menggabungkan Pakistan Barat (Pakistan) dan Pakistan Timur (Bangladesh). 

Rakyat Pakistan Timur memrotes, menuntut agar bahasa Bangla dijadikan setidaknya salah satu bahasa nasional selain bahasa Urdu. Para mahasiswa memrotes dan melakukan demonstrasi. Pada 21 Februari 1952 polisi melepaskan tembakan terhadap para demonstran. Akibatnya beberapa mahasiswa tewas dan ratusan terluka. 

Ini merupakan kejadian dalam sejarah ketika orang-orang mengorbankan jiwanya demi bahasa ibu mereka. Akhirnya, ditetapkanlah tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional untuk memperingati dan mengenang peristiwa yang terjadi di Dhaka tahun 1952 sebagai Gerakan Bahasa. 

Majelis Umum PBB kemudian meminta negara-negara anggotanya untuk mempromosikan pelestarian dan perlindungan semua bahasa yang digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia.  

Pemahaman masyarakat terhadap bahasa ibu dan bahasa daerah sering tumpang tindih. Pada dasarnya, bahasa ibu dan bahasa daerah adalah dua konsep yang berhubungan erat, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang penting. Bahasa ibu merujuk pada bahasa pertama atau bahasa yang dipelajari seseorang sejak lahir atau selama masa kanak-kanak pertama sedangkan bahasa daerah merujuk pada bahasa yang digunakan di suatu wilayah atau daerah tertentu. 

Bahasa daerah bisa menjadi bahasa ibu bagi sebagian besar penduduk di wilayah tersebut, tetapi tidak selalu demikian. Jadi, bahasa ibu merujuk pada bahasa pertama yang dipelajari seseorang. Sedangkan bahasa daerah merujuk pada bahasa yang dominan digunakan dalam suatu wilayah tertentu.   

Posisi bahasa ibu sangat penting karena bahasa ibu tersebut membentuk dasar pemahaman konsep-konsep dasar, emosi, dan identitas kultural seseorang. Bahasa ibu juga memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan antara individu dengan keluarga dan komunitas mereka. 

Bahasa ibu adalah alat utama untuk berkomunikasi, berbagi cerita, dan membangun ikatan emosional yang kuat dengan anggota keluarga dan teman-teman sebaya. Bahasa tersebut memungkinkan seseorang untuk mengekspresikan siapa mereka, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka rasakan secara unik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: