Merawat Bahasa Daerah, Menjaga Identitas

Merawat Bahasa Daerah, Menjaga Identitas

ILUSTRASI Merawat Bahasa Daerah, Menjaga Identitas.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

UNESCO dalam dua pekan ini sedang bersidang membahas banyak hal, termasuk catatan-catanan kritis terhadap dinamika yang terjadi pada ranah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Salah satu agendanya menyorot pentingnya peran bahasa ibu (mother language) dalam merawat keberagaman. Dalam konteks Indonesia, itu disebut bahasa daerah

UNESCO mencatat ancaman serius terhadap keragaman bahasa ibu di banyak negara di dunia. Untuk mengantisipasinya, UNESCO mengeluarkan panduan global mengenai pendidikan multibahasa yang berisi catatan, naskah kebijakan, dan panduan bagi negara-negara anggota untuk penyelenggraan pendidikan multibahasa

UNESCO mencatat hingga 2024 ini masih ada 8.324 bahasa, baik yang diucapkan maupun isyarat. Dari jumlah tersebut, sekitar 7 ribu bahasa masih digunakan. Data UNESCO tahun 2024 menempatkan Papua Nugini sebagai negara dengan bahasa terbanyak, yaitu 841 bahasa.

BACA JUGA:Aksara Jawa dan Bahasa Jawa Kromo Menunggu Kebijakan Politik Bahasa Daerah

BACA JUGA:Ditambah 20, Total Ada 59 Bahasa Daerah di Indonesia

Angka itu diperkirakan akan berubah drastis dari tren yang dialami banyak negara di dunia, termasuk percepatan transformasi teknologi dan akal imitasi. Sekitar 1.500 bahasa mungkin tidak lagi digunakan pada akhir abad ini. 

Ketika bahasa punah, sejumlah besar pengetahuan budaya, sejarah, lingkungan, dan lainnya ikut hilang. Multibahasa –kemampuan menggunakan lebih dari satu bahasa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bahasa ibu– lebih umum daripada monolingualisme. 

Saat ini antara setengah hingga dua pertiga dari populasi dunia menggunakan dua atau lebih bahasa dalam kehidupan sehari-hari mereka. 

BACA JUGA:21 Februari Memperingati Hari Apa? Ada Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

BACA JUGA:Bahasa Ibu di Era Kecerdasan Buatan

Banyak hasil riset menyatakan bahwa kemampuan multibahasa memberikan manfaat bagi penuturnya seperti mengurangi ancaman demensia dan peningkatan kompetensi emosional. Riset yang dilakukan UNESCO (2022) dan OECD (2023) juga menunjukkan proses pembelajaran di sekolah lebih berhasil pada siswa yang memiliki kemampuan multibahasa. 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia adalah negeri dengan kekayaan linguistik yang luar biasa. Data Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau Badan Bahasa 2023 menyatakan bahwa Indonesia memiliki 718 bahasa dengan 778 dialek dan 43 subdialek. Data UNESCO menyebutkan, Indonesia memiliki 721 bahasa. Namun, keragaman itu terancam merosot. 

Kajian Badan Bahasa pada kurun waktu 2018–2019 menyatakan bahwa 19 bahasa terancam punah, 5 bahasa dalam kondisi kritis, dan 11 bahasa dikategorikan punah. 

BACA JUGA:Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 21 Februari, Fondasi Identitas Kultural dan Komunitas yang Kuat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: