Mengapa Harus Nikel?
Ilustrasi nikel yang ingin dikembangkan sendiri di Indonsia.-Wikipedia-
Bijih laterit adalah hasil proses pelapukan dan pengayaan batuan di daerah tropis yang mengandung zat besi dan magnesium. Secara kimia bijih laterit digolongkan menjadi saprolite dan limonit.
Pengolahan bijih laterit dengan proses pirometalurgi menghasilkan produk feronikel, NPI, dan nikel oksida. Sementara itu, bijih sulfida untuk memproduksi nikel kelas 1 memerlukan proses hydrometallurgical seperti high pressure acid leaching (HPAL).
BACA JUGA: Hadiri KTT ASEAN-Uni Eropa, Jokowi Lawan Tekanan Hilirisasi Nikel
Nikel kelas 1 menghasilkan produk nikel Matte dan MHP. Nikel Matte digunakan sebagai bahan baku katode baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik.
Produk dari MHP berupa nikel sulfat yang digunakan sebagai larutan garam dalam industri pelapisan logam. Selain itu, nikel sulfat merupakan bahan utama penyusun prekursor membuat baterai kendaraan listrik dan nikel sulfat merupakan sumber penghasil ion Ni2+.
Indonesia sendiri mempunyai pabrik nikel sulfat terbesar di dunia melalui PT Halmahera Persada Lygend (HPL).
BACA JUGA: Apa itu Nikel yang membuat Indonesia Digugat Uni Eropa?
INDUSTRI HILIR NIKEL
Semua kelebihan yang dimiliki nikel sudah sepatutnya membuat pemerintah membikin suatu undang-undang untuk melindungi dari eksploitasi nikel yang dijual dalam bentuk bijih atau ore.
Dengan demikian, perusahaan-perusahaan pemegang IUP yang beroperasi di wilayah kerja harus meningkatkan nilai ekonomi dari produk tambang mereka sebelum diekspor ke luar negeri.
Sesuai dengan Pasal 103 UU Minerba, semua perusahaan pemegang IUP wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri.
BACA JUGA: Terancam Kalah Gugatan WTO, RI Tetap Pertahankan Larangan Ekspor Bijih Nikel
Dalam upaya untuk melakukan pengolahan pemurnian hasil tambang tersebut, setiap perusahaan yang berinvestasi di Indonesia diwajibkan untuk membangun smelter sesuai dengan UU Minerba No 4 Tahun 2009.
Keberadaan smelter nikel itu diharapkan mampu mengolah, memurnikan, dan meningkatkan nilai tambah produk pertambangan nikel. Pada prinsipnya proses smelter nikel membutuhkan energi panas tinggi yang melibatkan arus listrik tegangan tinggi.
Kebutuhan nikel dunia didominasi untuk stainless stell sebesar 70 persen, sisanya digunakan untuk paduan, industri pelapisan, pembuatan koin, casting (cor), baterai, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: