Tindakan Heroik Tifosi Taranto 1927, Gelimang Air Mata Carmine Tak Sia-sia!

Tindakan Heroik Tifosi Taranto 1927, Gelimang Air Mata Carmine Tak Sia-sia!

Pendukung Taranto 1927 saat menyaksikan tim kesayangannya bermain di Serie C -Instagram @taranto1927_official-

"Inilah warna-warna di hidupku. Segera lakukan sesuatu atau aku akan mengutukmu selamanya saat aku berada di surga," pungkas Carmine dengan nada yang sedikit naik. 

Manajemen pun tak ingin tutup telinga setelah mendengar keluhan suporter mereka. Pelatih kepala Taranto Ezio Capuano bersimpati dengan aski Carmine itu. 

Pelatih berusia 59 tahun itu seperti merasakan apa yang dialami Carmine. Maka, Capuano memberikan dukungannya untuk aksi Carmine dan suporter Taranto 1927 lainnya.

"Bagi saya, merupakan suatu kehormatan memiliki pria yang tidak saya kenal sebelumnya di sini. Saya merinding," tegas Ezio Capuano dengan penuh simpati. 

“Ini bukan seruan untuk melindungi Taranto, tapi untuk orang-orang yang hidup untuk timnya sendiri, entah itu sepak bola, bola tangan, atau bola basket. Anda tidak bisa mencuri perasaan dari orang-orang seperti pria atau anak-anak ini.” sambung Capuano. 

BACA JUGA:Al Nassr vs Al Feiha 2-0: Setelah Eropa, Ronaldo Siap Taklukan Asia

BACA JUGA:Napoli Pecat Walter Mazzari, Ini Penggantinya..

Setelah menimbang baik dan buruknya tentang pemindahan markas. Manajemen Taranto 1927 akhirnya ketok palu.

Klub dengan warna jersey merah-biru itu, resmi membatalkan rencana relokasi dari Stadio Erasmo Iacovone ke Stadio Olimpico di Bari.


Potret supporter dari Taranto FC 1927--x @DavideZonno1994

Keputusan ini bagaikan melodi indah bagi komunitas sepak bola Taranto, melestarikan sejarah dan identitas klub. Stadio Erasmo Iacovone, yang akrab disapa "Iacovone", bukan sekadar lapangan sepak bola.

Stadion itu sudah menjadi saksi bisu kejayaan Taranto 1927, menampung sorak sorai dan tangisan para tifosi sejak 1965 silam.

Atmosfernya yang intim dan penuh sejarah menjadi bagian integral dari identitas klub. Relokasi ke Stadio Olimpico di Bari, meskipun menawarkan fasilitas modern dan kapasitas lebih besar, dikhawatirkan akan merenggut jiwa dan semangat Taranto 1927.

Jarak yang jauh dan atmosfer impersonal dirasa tak sepadan dengan kehilangan emosional dengan suporter yang adalah akar klub.

Taranto 1927 bukan sekadar klub sepak bola. Ia adalah simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Taranto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: the sun