Dua Aksi Massa di Depan Gedung Grahadi Surabaya, Aktivis '80an Turun Gunung
Dua aksi massa digelar di depan Gedung Grahadi Surabaya, Selasa, 5 Maret 2024.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Dua kelompok massa menggelar aksi demo di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa, 5 Maret 2024. Mereka menyuarakan aksi yang berbeda. Ya pro pemerintah. Ya kontra pemerintah.
Kondisi sempat hujan lebat tak menyurutkan aksi. Puluhan polisi berjajar, membuat pagar betis. Kawat berduri dibentangkan, berjaga-jaga jika kondisi tak aman.
Dua aksi massa terjadi di depan Gedung Grahadi Surabaya, Selasa, 5 Maret 2024. Polisi berjaga antisipasi keributan.-Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Kumpulan massa pertama digawangi oleh aktivis tahun 80-an, Wawan Leak. Ia mengaku sudah tak tahan dengan kondisi politik di Indonesia. Kondisi kemunduran demokrasi dan pemilihan umum (Pemilu) yang diduga penuh kecurangan. "Terpaksa turun gunung, jawab kondisi Republik yang tak bisa ditoleransi lagi," tegasnya.
BACA JUGA: Rektor Universitas Pancasila Didemo, Jadi Sulit Kerja
Mereka menamakan diri sebagai Aliansi Rakyat dan Mahasiswa Menggugat Jawa Timur. Kumpulan ini disebut terdiri dari aktivis, mahasiswa, buruh hingga petani yang mencoba menyuarakan kegelisahan warga Jawa Timur.
"Kondisi bangsa carut marut dan complicated (rumit, Red). Akar permasalahan kalau kita omong banyak sekali. Ada kefatalan tata kelola berbangsa dan bernegara. Ada pengkhianatan institusi dan konstitusi negara yang dilakukan oleh rezim Jokowi," paparnya. "Sehingga kita tergerak berkumpul bersama di sini untuk menyuarakan kebenaran," imbuhnya.
Mereka juga menyoroti kondisi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Wawan Leak menilai ada invisible hand, ada tangan tak kelihatan yang dilakukan tirani untuk melanggengkan status quo. Kondisi ini harus diakhiri dan diungkap. "Ada tangan-tangan enggak kelihatan. Kami ingin menyuarakan demokrasi yang disampaikan rezim barbar, harus disudahi," tegasnya.
BACA JUGA: Ealah, Ledakan Susulan di Asrama Brimob Surabaya Tenyata Trafo Listrik
Pola gerakan rakyat semacam ini menurutnya mesti didenggungkan terus menerus. Gelombang perlawanan terhadap kondisi negara yang carut marut akan ia gerakkan di puluhan Kabupatan dan Kota se-Jawa Timur.
Di sisi lain, aksi serupa dan di lokasi yang sama digawangi oleh Kukuh Setya. Mereka menamakan diri sebagai Aliansi Pemuda Pemudi Indonesia Bersatu (APPBI). Mereka menyuarakan dukungan atas kinerja penyelenggara Pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Kita harus gelar aksi, ini merupakan bentuk apresiasi kami karena apa, Bawaslu maupun KPU, selama ini telah berjuang untuk mengumpulkan suara-suara rakyat. Karena dari suara rakyat ini yang akan menentukan siapa yang bakal menjadi pemimpin saat ini," jelasnya.
Menurutnya, warga harus diberi pemahaman atas hal itu. Apalagi, Pemilu 2024 kali ini banyak pihak yang tak puas dengan kinerja penyelenggara Pemilu. Menurut mereka, hal itu tidak perlu. "Ada yang minta hak angket, pencoblosan ulang, saya rasa tak perlu lah. Karena apa, semua berdasarkan perolehan suara," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: