Harga Eceran Tertinggi Beras

Harga Eceran Tertinggi Beras

ILUSTRASI harga eceran tertinggi beras.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

HARGA BERAS masih melambung tinggi. Setelah turun beberapa saat, kemarin harga BERAS medium maupun premium beranjak naik lagi. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga BERAS premium kembali mendekati Rp 17.000-an dan BERAS medium di kisaran Rp 15.000 per kilogram. 

Harga itu berarti jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Bapanas mematok HET beras premium ada di kisaran Rp 13.900 hingga Rp 14.800 per kilogram. Sementara itu, HET beras medium Rp 10.900–Rp 11.800 per kg. 

Dengan harga yang tinggi itu, beras premium justru tak banyak tersedia di peritel modern. Sebaliknya, di peritel tradisional, beras premium maupun medium tersedia cukup banyak. Namun, harganya naik cukup tinggi hingga jauh melampaui HET.

BACA JUGA: Paparkan Penyebab Kenaikan Harga Beras, Bapanas: Wajar Harga Tinggi

Beda dengan peritel modern, peritel tradisional memang tak patuh terhadap HET. Harga beras lebih banyak dibentuk oleh mekanisme penawaran dan permintaan sehingga harga bisa saja naik jauh di atas HET. Itu bisa terjadi karena biaya produksi beras memang naik akibat kenaikan harga bahan bakunya, gabah.

Harga gabah memang terus naik sejak akhir 2022. Saat ini harga gabah kering panen (GKP) mencapai Rp 8.800 per kg. Dengan asumsi rendemen 53 persen, harga pokok produksi beras sudah mencapai Rp 16.600-an per kg. Ditambah biaya pengolahan, transportasi, dan margin, harga konsumen tentu sudah di atas Rp 17.000. 

Keadaan seperti itu tentu jadi masalah di ritel modern. Sebab, mereka harus menjual beras maksimal pada harga eceran tertinggi. Pemasok beras ke peritel modern tentu tidak mau memasok dengan harga di bawah biaya produksi. Meskipun, bisa saja mereka sudah terikat kontrak untuk memasok beras pada harga yang disepakati dalam jangka waktu tertentu.

BACA JUGA: Jokowi Pastikan Stok Beras Aman Jelang Lebaran

Itulah yang menyebabkan beras premium mulai berkurang di peritel modern. Pemasok enggan mengirimkan berasnya karena biaya pokok produknya sudah jauh di atas harga yang sudah disepakati dengan peritel modern. Jadi, sedikitnya pasokan beras premium di ritel modern bukan karena barang tidak ada. Barang ada, hanya harganya jauh dari harga jual ritel modern.

Keadaan seperti itu tidak terjadi di peritel tradisional. Mereka tidak peduli harga eceran tertinggi. Karena itu, beras premium tersedia cukup banyak di peritel tradisional, tapi harganya sudah jauh di atas HET. 

Di sanalah sebenarnya HET beras menjadi tidak relevan. Sebab, HET berarti mematok harga maksimum sehingga menekan harga jual petani. Sementara itu, di sisi petani, biaya produksi mereka dilepas. Bisa naik tinggi karena kenaikan biaya sewa, bibit, pupuk, dan biaya tenaga kerja pertanian. Dalam situasi seperti ini, HET menjadi sangat merugikan petani. 

BACA JUGA: Info Beras Murah Surabaya Rp10.400 per Kilogram, Ini 8 Titik Lokasi Penjualannya..

Kebijakan beras memang sering kali dilematis bagi pemerintah. Di satu sisi, beras merupakan produk utama petani kita yang harga jualnya akan menentukan bagaimana kesejahteraan petani. 

Di sisi lain, beras adalah makanan pokok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Kenaikan harga beras akan menaikkan inflasi signifikan. Apalagi, kenaikan harga beras akan memicu kenaikan harga pangan lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: