Warga Sulawesi Tenggara Gunakan Huruf Hangul Korea untuk Lestarikan Bahasa

Warga Sulawesi Tenggara Gunakan Huruf Hangul Korea untuk Lestarikan Bahasa

Warga Sulawesi Tenggara Gunakan Huruf Hangul Korea untuk Lestarikan Bahasa. AKSARA HANGUL dipakai untuk papan nama SD Karya Baru di Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara.-Yuli Purnomo Sidi-AFP-

Huruf Hangul memang sedang hot. Sering muncul di mana-mana, seiring maraknya arus K-wave, budaya pop yang terkait Korea Selatan. Di Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara, aksara itu juga mengemuka. Tujuannya untuk melestarikan budaya.

ANAK-anak di salah satu SD Karyabaru, Baubau, itu terlihat begitu tekun. Menggoreskan garis dan membikin lingkaran di papan tulis. Membentuk huruf Hangul.

Tetapi, yang mereka pelajari bukanlah bahasa Korea. Sebaliknya, yang ditulis itu adalah kalimat-kalimat bahasa etnis Cia-Cia yang mendiami sisi selatan Pulau Buton tersebut.

Bahasa Cia-Cia memang terabadikan secara oral. Suku itu tidak punya sistem alfabet. Tidak punya bentuk tulis. Dan beberapa pengucapannya tidak bisa diterapkan menggunakan aksara latin.

BACA JUGA : Variety Show Korea University War Lagi Booming, Tentang Apa Sih?

’’Di aksara lain, misalnya, tidak huruf yang bisa menggantikan pengucapan pha atau ta. Tetapi, setelah saya pelajari bahasa Korea, ternyata mereka punya aksara yang mewadahi pengucapan itu,’’ kata Abidin, lelaki 48 tahun yang mengajar di sekolah dasar tersebut.

Ia merasa, huruf Hangul yang dikembangkan pada abad ke-15 itu bisa dipakai untuk bahasa Cia-Cia. Bisa melestarikan bahasa yang dipakai oleh sekitar 80 ribu warga Cia-Cia tersebut.

’’Memang, tidak sama persis. Tetapi, ada kemiripan,’’ tambahnya.

Pemakaian aksara Hangul untuk warga Cia-Cia sudah diterapkan sejak 2009. Itu setelah ada pertukaran kebudayaan antara akademisi Baubau dan Korea Selatan. Dan keputusan itu dijalankan setelah pakar bahasa Korea mendorong sarjana Baubau untuk mempelajari aksara Hangul.

Warga Sulawesi Tenggara Gunakan Huruf Hangul Korea untuk Lestarikan Bahasa. Berpakaian Hanbok ala Korea, warga mengikuti hari ulang tahun Baubau, 14 Oktober 2023.-Yuli Purnomo Sidi-AFP-

Gayung bersambut. Para sarjana dan mahasiswa Baubau pun berangkat ke Korsel untuk belajar aksara Hangul. Fokusnya adalah memperdalam ilmu linguistik untuk penerapan aksara Hangul bagi bahasa Cia-Cia.

Abidin sendiri menghabiskan enam bulan di Korsel. Ia dianggap sebagai pioner pembelajaran aksara Hangul untuk bahasa Cia-Cia. Bahkan, Abidin telah membuat kamus bahasa Cia-Cia yang semuanya beraksara Hangul. Dengan begitu, upaya untuk membuat prasasti tertulis tentang bahasa Cia-Cia bisa terlaksana.

Di masa lalu, bahasa Cia-Cia memang tidak punya sistem aksara yang baku. Para pemimpin suku biasanya membikin coretan-coretan pada kertas atau kayu. Tidak pernah terwariskan dengan baik. Sehingga, simbol-simbol bunyi pada bahasa itu menjadi lenyap dengan sendirinya.


Warga Sulawesi Tenggara Gunakan Huruf Hangul Korea untuk Lestarikan Bahasa. Ilyas, Ketua Komunitas Cia-Cia, berpose di halte yang menggunakan huruf Hangul.-Yuli Purnomo Sidi-AFP-

Tetapi, kini bahasa mereka sudah punya ’’wujud.” Yakni, aksara Hangul. Itu terlihat pada papan penunjuk jalan, papan nama instansi, papan utilitas umum, dan sebagainya. Meski begitu, bahasa Cia-Cia tetap banyak mengemuka melalui verbal. Bukan tulisan.

’’Bagaimana pun, aksara Hangul itu adalah wujud kerinduan warga Cia-Cia untuk memiliki aksara bagi bahasa mereka sendiri,’’ kata Dalan Mehuli Perangin-angin, linguist dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang dikutip Agence France-Presse.

Dalan sendiri berpendapat bahwa pemakaian aksara Hangul sejatinya bisa mengaburkan identitas suku Cia-Cia. ’’Bahasa itu mengandung memori, sejarah, moralitas, dan kearifan para leluhur. Aksara adalah warisan budaya,’’ ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: