Tersangka Pembunuh Dante Bohong bagai Pinokio

Tersangka Pembunuh Dante Bohong bagai Pinokio

ILUSTRASI tersangka pembunuh Dante bohong bagai Pinokio.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Hasil riset psikologi menyatakan, semua pembohong akan menunjukkan isyarat berbasis stres. Atau, tanda-tanda stres. Sebab, mereka takut ketahuan dan merasa bersalah saat berbohong. 

Teori itu mengarahkan detektif untuk mencari indikator perilaku kebohongan yang dapat diandalkan. Mereka memeriksa perilaku tersangka, seperti perubahan postur, keengganan tersangka menatap penyidik, serta gerakan kaki dan tangan tersangka.

Secara kelakar, Prof Judee Burgoon, guru besar ilmu komunikasi The University of Arizona, Tucson, Arizona, AS, mengatakan:

”Hidung Pinokio sebenarnya tidak ada. Tapi, setiap kali ia berbohong, hidungnya bertambah panjang.”

Guyonan ala AS itu sangat terkenal, sampai difilmkan untuk anak-anak tentang hidung Pinokio. Itu menggambarkan perubahan fisik pembohong.

Itu teori kuno. Peneliti terbaru mengeksplorasi metode baru untuk mendeteksi kebohongan. Daripada melihat isyarat visual tersangka, yang mungkin bisa mereka sembunyikan.

Jangan salah, penjahat pun selalu mempelajari hal-hal yang dipelajari polisi. Kalau polisi cuma berpedoman pada perubahan fisik, penjahat bisa menutupi kebohongan dengan berkebalikan dari teori yang dikuasai polisi. Misalnya, tersangka berbohong, tapi ternyata berani kontak mata dengan penyidik. Sebab, menurut teori kuno, pembohong tidak berani kontak mata.

Prof Christian Meissner, guru besar psikologi di Iowa State University, AS, yang mempelajari proses psikologis yang mendasari wawancara investigatif, menyatakan:

”Riset terbaru berpotensi besar merevolusi penegakan hukum, investigasi militer, dan sektor swasta untuk menguji kebohongan tersangka kriminal.”

Intinya, teori mengatakan: pembohong punya dilema. ”Mereka harus mengarang cerita bohong untuk memperhitungkan waktu terjadinya kesalahan, tapi mereka tidak bisa memastikan bukti apa yang dimiliki pewawancara atau penyidik.”

Di teori baru dalam wawancara investigatif kriminal, pewawancara menyuruh tersangka yang diwawancarai bercerita sebanyak-banyaknya tentang materi kasus. Pewawancara terus meminta tersangka bercerita selengkap-lengkapnya. Diberi waktu penuh untuk menyampaikan detail.

Setelah tersangka selesai bercerita, penyidik (pelan-pelan atau bertahap) menunjukkan bukti hukum yang ternyata berkebalikan dengan cerita tersangka. Itu membuat tersangka terkejut. Keterkejutan tersebut harus dimonitor teliti oleh penyidik.

Pada detik-detik itu, berdasar teori, tersangka punya dua pilihan: Menciptakan cerita bohong baru atau menyerah, mengakui perbuatannya. 

Mayoritas pembunuh bakal menciptakan kebohongan baru. Saat itu ia berpikir keras dan harus cepat menciptakan cerita bohong yang baru. Biasanya, di situlah penjahat terpeleset. Cerita bohong yang baru ternyata tidak logis. Atau, penyidik kemudian melakukan uji silang atas cerita baru itu dengan bukti hukum. Dengan demikian, terungkaplah kebohongan tersebut.

Tapi, ada juga penjahat yang cerdik. Dalam hitungan detik ia bisa menciptakan cerita bohong baru yang logis. Juga, kira-kira sesuai dengan bukti hukum yang dipegang penyidik. Walaupun, golongan itu sangat jarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: