Khasanah Ramadan (19): Green Ramadan

Khasanah Ramadan (19): Green Ramadan

Kajian Ramadan bertema Pembangunan Kehutanan dalam perspektif Islam dalam acara Green Ramadhan; Sinergi Rimbawa, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, pada Rabu, 27 Maret 2024. -Suparto Wijoyo-

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (18): Menjemput Cahaya

Terhadap hal ini ada pemikiran kritis Daron Acemoglu dan James A. Robinson (2012) dalam buku Why Nations Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty. Tentang mengapa negara gagal memakmurkan rakyat dan menghadirkan kemiskinan. 

Dituturkan bahwa budaya, iklim, geografi, maupun kebodohan bukanlah faktor definitif yang menentukan takdir suatu bangsa.

Melainkan institusi politik-ekonomi sangatlah berpengaruh. Dalam lingkup demikian perubahan lahan dan laku membabat hutan pastilah bukan karena budaya melainkan kebutuhan menyambung hidup yang salah. 

Di sinilah negara mutlak hadir memberikan pengaturan penataan ruang wilayah dengan perspektif planologi, ekologi, hidrologi, klimatologi, vulkanologi,  geografi, demografi, bahkan ideologis-teologis.

Apa konsep green Ramadan yang bisa diterapkan masyarakat selama berpuasa? Green Ramadan mengajak masyarakat berpuasa sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Ramadan merupakan momentum untuk memulai perhatian kita terhadap hubungan dengan lingkungan. Kita bisa menunjukkan rasa syukur dengan menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Salah satu hal kecil yang bisa dilakukan dengan mudah di rumah yakni memasak makanan berbuka dan sahur secukupnya. Untuk mengurangi potensi sisa makanan yang akhirnya terbuang karena tak tersantap seluruhnya.

Prinsipnya mengurangi food loss seperti saat distribusi bahan pangan di pasar-pasar dan kurangi food waste sikap mubazir dalam konsumsi. 

Menghemat penggunaan air di rumah selama Ramadan adalah termasuk green Ramadan. Berwudu dengan air secukupnya. Air bekasnya ditampung untuk menyiram tanaman sehingga penggunaannya lebih efisien. 

Juga menghindari penggunaan plastik saat berbelanja kebutuhan Ramadan. Menggunakan wadah makan dan minum yang dapat dipakai ulang dan memanfaatkan kantong belanja atau tas guna ulang spunbond.

Bisa juga dengan menggunakan energi listrik dengan bijak. Semua itu harus dilakukan demi lingkungan yang lebih baik.

Sebagai nama program Green Ramadhan adalah fasilitas dialog yang disediakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mendengarkan suara masyarakat mengenai isu terkini tentang pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia.

Diadakan setiap Rabu dan Jumat selama Ramadan di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, mulai jam 14.30 sampai waktu berbuka puasa. 

Green Ramadhan bertajuk Sinergi Rimbawan itu menyakinkan saya bahwa di Jatim masih banyak orang peduli lingkungan. Bahkan tumbuh subur para ”pengabdi hutan” yang disebut rimabawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: