Khasanah Ramadan (18): Menjemput Cahaya

Khasanah Ramadan (18): Menjemput Cahaya

Saat-saat indah menerawang cakrawala dua jam sebelum sang fajar menyerbak. Sinar terang bulan purnama menyajikan kisah turunnya Al-Qur’an. Nuzulul Qur’an. --

HARIAN DISWAY - Purnama tampak bulat sempurna. Warga melenggang ke masjid-masjid untuk tarawih. Tantunan tadarus Alquran menumandang hingga malam menjelang lingsir wengi. Imaji saya terbawa kehidupan di kampung kelahiran. 

Masa sepertiga malam purnama biasa dinikmati bersama anak-anak yang mengelana di tegalan. Mengeja perjalanan mendung beriringan yang kerap menutupi cahaya rembulan. 

Itulah saat-saat indah menerawang cakrawala dua jam sebelum sang fajar menyerbak. Sinar terang bulan purnama menyajikan kisah turunnya Al-Qur’an. Nuzulul Qur’an. 

Saat menuju masjid untuk Subuh berjamaah, rembulan itu seolah menyapa: bagaimana engkau menjemput keberkahan yang keindahannya semakin sempurna di malam Nuzulul Quran, 17 Ramadan ini?

Bertadaruslah Al-Qur’an agar dapat memanen banyak hikmah, mengingat firman Tuhan itu manifestasi paling kasat mata nan amat komprehensif atas ajaran-Nya. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 185 memberikan suluh penerang.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (17): Beriman Teologis-Ekologis

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. 

“Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain”.

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".

Ya Rabb, tersadarlah bahwa puasa Ramadan telah memasuki episode strategis pada 28 Maret 2024. Itulah malam yang Al-Qur’an dipersembahkan kepada manusia teragung, Nabi Muhammad SAW.

Deklarasi kenabian memang bermula dari sematan wahyu Alquran pada 17 Ramadan 610 M, di sebuah tempat yang sebut Gua Hira. Gua itu menyimpan misteri sekaligus kekayaan inspiratif membangun sejarah. Peredaban penuh kemuliaan sedang di dikonstruksi Tuhan.
Gua Hira merupakan tempat bersejarah bagi umat Islam. Di Gua Hira Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali dari Allah SWT berupa Alquran yang disaampaikan melalui Malaikat Jibril berupa Surat Al Alaq.--

Itulah Jabal Nur, Gunung Cahaya, gunung yang berjarak sekitar 2 mil saja dari Makkah. Gunung ini tampak seperlemparan pandang terlihat sederhana, tetapi sangat memukau bagi yang jeli menelisik dengan mata sukmanya.

Di puncak Jabal Nur inilah ada tebing dalam lereng yang sulit diraih yang menyediakan “ruang pewahyuan”: Gua Hira. Gua Hira hanya berukuran panjang 1,8 meter dan lebar 0,8 meter. 

Di sinilah Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Muhammad bin Abdullah, satu-satunya manusia yang mendapatkan gelar Al Amin (jujur-terpercaya) dari bangsanya itu “menyatukan diri bersama alam”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: