Ramadan Kareem 2025 (27): Terpanggil Kampung Halaman

Ramadan Kareem 2025 (27): Terpanggil Kampung Halaman

Memang Ramadan ini sangat mengukir kalbu penuh rindu. Mudik menjadi kata yang hambar nan hampa kalau sekadar disarankan melalui media digital. Pakai video call sangat tidak cukup. --iStockphoto

HARIAN DISWAY - Orang-orang berdesakan. Naik kendaraan pribadi sampai menggelayut ke kapal laut dengan melewati tali tambang, pun terjadi. Ada gairah untuk pulang. Ada aura nekat yang tidak terperikan.

Demi sanak saudara di kampung halaman, tempat darah kelahiran membasuh buminya, selalu menyedot batin. Semuanya berbondong-bondong. Menjelajah wilayah dan menyapa sanak keluarga dengan satu pesan: kami pulang.

Kami akan datang ke desa yang selama ini mewarnai masa-masa kanak-kanak. Kampung halaman mengepung jiwa-jiwa yang fitri guna kumpul keluarga di momentum yang sangat spiritual banget.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (26): Mudik, Ingat Gaza

Memang Ramadan ini sangat mengukir kalbu penuh rindu. Mudik menjadi kata yang hambar nan hampa kalau sekadar disarankan melalui media digital. Pakai video call sangat tidak cukup.

Untuk itulah kata Cak Mispon, konco lawasku, soal mudik adalah tentang lembar yang saling bersentuhan. Ditepuk-tepuk pundak atau diusap-usap kepala oleh mboke adalah sesuatu poooollll. 

Maka mesin digital tidak bisa mewakili rasa yang membuncah itu. Tapi semua sadar bahwa kondisi ekonomi ada yang tidak kesampaian, dalam situasi begitu, soal mudik selaksa derita dunia saat ini. Menjaga relasi antara anak dan orang tua adalah wajib hukumnya.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (25): Saatnya Mudik

Silaturahmi dalam ukuran konvensional merupakan  sekadar agenda sunahnya. Tetapi untuk pakem sungkeman di Idulfitri menjadi beraroma wajib, sehingga harus didahulukan daripada yang sunah-sunah pada konteks non-Idulfitri.

Untuk itulah Lebaran tahun 1446 Hijriah ini sejatinya syawalan Idulfitri yang paling fenomenal meski tidak genial. Etape anjangsana digelorakan dan tidak cukup silaturahmi digital atas nama kemajuan teknologi.

Jabat tangan dan saling incip-incip hidangan adalah keindahan. Nyaris suasana batin rakyat tercukupi dengan kelancaran mudik, dan yang lemah ekonomi juga harus dilayani bisa mudik.

BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (24): Ramadan, Aku Berguru kepada Ibrahim

Maka lahirlah penyediaan mudik gratis yang dibuat banyak pihak, terutama otoritas pemerintahan daerah. Tetapi serentak kita dibuat gelisah, khususnya survei ekonomi yang dibilang lesu darah.

Buku hasil survei yang kini muncul dan beredar luas agak menyesakkan tentang masa depan. Apalagi petinggi “pengepul modal besar” ada mantan penguasa seberang yang secara ekonomi pernah dituduh kriminal kasus korupsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: