Ramadan Kareem 2025 (24): Ramadan, Aku Berguru kepada Ibrahim

Ramadan, saatnya kita berguru kepada Nabi Ibrahim. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Anak mengajak berdiskusi tentang tokoh sang pencari kebenaran. Saya cukup menjawab dengan perspektif Ramadan. Ya berguru saja kepada Nabi Ibrahim. Yang pencari kebenaran. Mencari Tuhan dengan jejak kosmologi kekuasaan-Nya.
Dengan demikian setiap langkah peribadatan hari ini tidak lepas dengan ajarannya. Maka perayaan spiritual yang menggumpalkan angan dan keimanan dalam balutan pengorbanan, ada rujukannya dari Nabi Ibrahim. Itulah Ibrahim.
Begitu saya terangkan singkat kepada “jamaah anak-anak”. Ibrahim AS adalah sosok teladan yang mengkristal dalam kelindan jiwa-raga. Inilah skema dunia manusia penaat hukum-hukum Allah Swt, yakni Nabi Ibrahim, berikut Nabi Ismail.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (23): Menjemput Kebaruan
Bapak-anak yang ditakdirkan dalam kreasi agung menjadi Nabi, pemandu umat, pemberi peringatan dan teladan. Kisah-kisah Nabi Ibrahim sejak mulanya menghadapi Raja Namrud adalah titian perjuangan meneguhkan iman dalam sandaran yang paling rasional.
Diplomasi dan ungkapan-ungkapan Sang Nabi Peradaban ini terekam sangat logik dalam menggambarkan kondisi publik yang menuhankan patung-patung. Berhala itu tidak berguna dan tidak pula memberikan mudaarat, maka tidaklah tepat engkau menyembahnya.
Nalar antara pembuat patung dan produknya (patung) adalah narasi budaya yang diwerdikan ketidakpatutan bahwa hasil cipta manusia disembah sebagai Tuhan. Suatu ujaran yang memberikan pembelajaran tentang kosmologi keimanan.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (22): Merawat Air
Konstruksi yang diberikan oleh Nabi Ibrahim kemudian adalah langkah-langkah taktis mencermati tata surya, putaran galaksi, garis edar matahari dan bumi, serta keberadaan rembulan.
Nuansa pernik bima sakti diteliti dengan sangat empiris untuk selanjutnya menghasilkan konklusi normatif: ada kuasa Adi Kodrati yang memperjalankan alam semesta ini.
Pencarian dan penemuan yang dilakukan Kanjeng Nabi Ibrahim sangatlah metodologis dengan cara-cara pengembanguan hubungan eksperimental antara dirinya dengan apa tengah dicermati, yang seharusnya disembah.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (21): Tepukan Sang Resi
Penemuan pada segmen teologis atas apa yang dilihat dan dipikirkan ternyata berselancar dalam gerak kehidupannya. Nabi Ibrahim senantiasa berpindah (hijrah) mulai dari Kutsa ke Kufa menuju Harran, sebelum sampai ke Syam.
Usai berkelana di Palestina, meretaslah ke kawasan Mesir, untuk menapak sejarah bertetirah ke Makkah. Suatu rute muhibah yang sangat mengesankan jauhnya dengan moda transportasi kala itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: