Ramadan Kareem 2025 (21): Tepukan Sang Resi

Ramadan mengajak kita jeda untuk menjemput berkah. Yuk lanjutkan tadarus saja. Barakallah. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Harga saham jatuh di areal Ramadan 1446 H. Semua sedang gelisah. Tetapi peresmian proyek-proyek terus bergulir. Hari-hari berikutnya tumbuh semangat untuk bangkit.
Masyarakat tidak ambil pusing dengan ungkapan “akan dibela sampai mati. Bahkan para punggawa rela berkorban buat rakyat”. Serentak rakyat bersikap biasa dan ramainya pembahasan regulasi TNI menenggelamkan “harga saham yang murah”.
Ramadan terus berjalan dan umat serentak menggembirakan diri dengan berbagi. Nonton bareng sepak bola dilakoni di banyak tempat, termasuk perkantoran. Seru menyaksikan pertandingan antara Indonesia melawan Australia.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (20): Mencari Surabaya saat Ramadan
Sebuah perlawanan dalam pertandingan adalah tetap permainan. Tidak usah dimasukkan hati soal kalah atau menang. Ramadan meneduhkan pentas bola yang tetap menyisakan tanya tentang capaian pelatih baru PSSI yang asal Eropa.
Tadarus terus berlanjut. Ini yang penting bagi jamaah masjid dekat rumah. Waktu terus bergulir. Dalam Ramadan ini terekam dalam ingatan di padang lamun zaman. Ada kekuatan dari beribu tahun Nusantara sebagai zamrud khatulistiwa.
Susahnya bangsa menjadi tidak terasa karena masih punya imaji tentang bangsa yang perkasa secara ekologia. Tanahnya gembur subur dalam petakan sawah, ladang, pekarangan, dan hutan yang menghijaukan bumi.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (19): Ngaji Multifungsi TNI
Setiap jengkal ladangnya menyimpan berlaksa harta yang membuat dunia ngiler menatap keelokannya. Laut dan sungai-sungai selalu bercumbu untuk memuncaki tanda syukur atas kolam kehidupan yang diajangkan Tuhan.
Surga diyakini termanifestasi dalam benak dan rahang-rahang wilayahnya. Degup kagum dan gentar yang menerawang pun membentuk labirin tanpa mampu dibaca arahnya. Semua terkadang menjadi sangat aneh nan ganjil tampilnya.
Tanah Indonesia yang gembur subur dalam petakan sawah, ladang, pekarangan, dan hutan yang menghijaukan bumi. --iStockphoto
Gemah ripah loh jinawi dibisikkan dari generasi ke generasi seolah sebuah nyanyian yang kehilangan nada dasarnya hingga panggung negara sangat berisik penuh celoteh teka-teki silang. Rakyatnya tetap tegar karena sudah terbiasa mengalami derita berabad-abad.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (18): Banjir yang Terundi
Mencicil utang yang harus dibayarkan tahun ini tidak mengusik kekhusukan Ramadan yang berkah. Penjajahan yang pernah ada dieliminasi, bukan. Itu adalah tahapan sejarah yang menguatkan jiwanya agar tetap semringah menghadapi segala kesulitan.
Hidup yang nelongso setiap hari itu dikira sego-jangan alias lalapan yang tidak pernah digugat. Kelaparan, kekeringan, kebanjiran, atau kehausan dianggap ujian untuk meningkatkan kualitas iman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: