Ramadan Kareem 2025 (21): Tepukan Sang Resi

Ramadan mengajak kita jeda untuk menjemput berkah. Yuk lanjutkan tadarus saja. Barakallah. --iStockphoto
Kali ini untuk menunggangi “kursi kelurahan”, dia tidak segan menarik brahmana, sang guru, resi dari segala resi yang berderajat tidak sembarang tokoh umat. Pandom martabatnya selama ini terus moncer dan tidak sanggup dibayangkan betapa dekatnya dia dengan pangeran.
Berposisi sebagai “wali senior”, penggenggam “estafet pesan kenabian” tertingginya dalam sebuah “rapat raksasa” di “alun-alun keagamaan”. Saya sangat kagum dan melongo, tidak tergoyahkan.
Sang resi berposisi sebagai “wali senior”, penggenggam “estafet pesan kenabian” tertingginya dalam sebuah “rapat raksasa” di “alun-alun keagamaan”. --iStockphoto
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (13): Perang Sarung
Rasa cekat dan tegar hadir dalam jiwanya yang matang untuk tidak mengatakan kini santri dan kiai terus melirik kuasa. Kaum agamawan kini mendekat birokrasi penuh antusias, sehingga para kiai muda mewarnai perkantoran.
Ini bagi saya di Ramadan ini, sangat bernas sebagai tokoh muda. Langkah sang resi, baik resi keagamaan maupun kepenguasaan saya ikuti dengan menghayati pandangan Lincoln Child.
Ia seorang novelis Thriller yang berkomentar apik atas novel Angelologi karya Danielle Trussoni: “… membuka pintu keemasan menuju suatu dunia yang berbeda, dan yang lebih memukau, ke langit yang lebih tinggi”.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (12): Ramadan dan Ingatan Nareswari
Angelologi adalah salah satu cabang asli teologi dan siapa yang menguasainya beribaratkan mampu menjamah malaikat maupun perwujudan nubuat mereka sepanjang sejarah manusia.
Sang resi akhirnya memang memasuki dunia yang berbeda dan berikhtiar menerobos ke langit. Tampaknya akan semakin “merapatkan diri dalam cela gua-gua kuasa”. Sang resi ikut mengerubungi “kursi minyak” yang mestinya dia basuh agar tidak sempat dinajisi oleh siapa pun penguasanya.
Menjaga kesucian kursi kekuasaan merupakan tugas resi mengingat dunia ini memang tidak selamanya diisi oleh pemimpin yang amanah. Apabila brahmana ikut menjadi pandai keris, lantas siapa lagi yang akan mencegah agar “keris tidak menusuk diri”?
Menjaga kesucian kursi kekuasaan merupakan tugas resi mengingat dunia ini memang tidak selamanya diisi oleh pemimpin yang amanah. --iStockphoto
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (11): Puasa Itu Asyik Aja
Apalagi waktu-waktu berlalu untuk menyelenggarakan tahapan “badan usaha” yang diselidiki ini, jejogetan disuguhkan dan semua mata kawula dapat menyimaknya.
Saya menyaksikan sang resi memang tidak melenggak-lenggokkan bodinya. Tetapi tepukannya adalah restu yang pastinya mengusik umat yang selama ini memohon “berkahnya” menjaga kedaulatan minyak asli Indonesia.
Saya hanya mampu menoleh membaca ulang novel Halo karya Alexandra Adornetto (2015): "banyak yang tidak bisa kuutarakan dengan kata-kata". Itulah hal yang paling menyedihkan tentang manusia. Pikiran dan perasaannya terpenting mereka sering kali tidak terutarakan dan tak dipahami.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (10): Ramadan dan Daun Sang Mahacinta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: