Ramadan Kareem 2025 (28): Merekam Sundayana Nan Tirtasewana

Mudik adalah gerakan kolosal yang spektakuler sekaligus mistis dalam ritme pengajarann batin kaum perindu kampung halaman. --iStockphoto
HARIAN DISWAY - Insyaallah saya mudik ke Tatar Sunda. Ke kampung kelahiran istri usai menghadapkan diri di orang tua, di sebuah desa kecil di Lamongan. Persowanan ke Lamongan adalah penanda bahwa mudik adalah kesetiaan terhadap tlatah tumpah darah.
Mudik adalah gerakan kolosal yang spektakuler sekaligus mistis dalam ritme pengajarann batin kaum perindu kampung halaman. Sambil menata beragam kebutuhan mudik, saya acap kali membuka ruang dialog dengan anak-anak mengenai daerah asal muasal ibu mereka.
Sunda adalah historia masa lalu sekaligus luapan hikmah masa depan bagi kalian. Demikian saya mengawali penceritaan relasi Jawa-Sunda, tepatnya balutan kasih yang mewarnai Majapahit dan Pasundan.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (27): Terpanggil Kampung Halaman
Selain untuk anak-anak, saya mengajak memaknai pertautan Jawa Timur dan Jawa Barat. Beratus tahun terekam pada simbol dinamis di antara dua areal teritori yang menyimpan kisah-kisah heroik sekaligus tragis.
Ke depan tentu tinggal relasi energetik yang memperkuat NKRI. Saya mengajak menyelami episode berikut ini selama perjalanan mudik. Membuat cerita dari berbagai referensi yang tertulis ataupun yang tertuturkan.
Bahwa tahun 1292-1300 adalah sewindu duka yang berbungkus senyum tak merekah. Tingkah pola serpihan “musuh dalam selimut” yang tidak terima dimutasi ke Sumenep berkoalisi dengan laskar-laskar Mongol menumbangkan Kertanegara.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (26): Mudik, Ingat Gaza
Darah tumpah membanjiri Keraton Singasari di 1292 dan era pancaroba dimulai melalui “poros strategis” dari ujung timur Madura menuju Kediri sambil menelikung “babat alas” melahirkan Majapahit 1293.
Raden Wijaya kang jejuluk Prabu Kertarajasa bertakhta dari 1293-1309 dengan semburat cahaya rembulan akhir tahun 1300. Program kerja Kabinet Kertarajasa mampu meletakkan fondasi keberlanjutan negara.
Meskipun akhirnya mengalami pemberontakan internal memperebutkan jabatan serta “tlatah timur” Majapahit sesuai dengan “kontrak politik” Raden Wijaya dengan Arya Wiraraja.
BACA JUGA: Ramadan Kareem 2025 (25): Saatnya Mudik
Tetapi alam terus mengirim sinyal keperkasaan sebagai penanda hadirnya zaman baru dari Bumi Jawa dengan cemlorote bintang kemukus di hari pamungkas 1300.
Gajah Mada lahir yang gemah tangisnya disambut gempita teritorial Dwipantara, areal Austronesia yang disebut Rakawi Walmiki dalam syair Ramayana sebagai Yawadwipa.
Gajah Mada lahir yang gemah tangisnya disambut gempita teritorial Dwipantara, areal Austronesia yang disebut Rakawi Walmiki dalam syair Ramayana sebagai Yawadwipa. --Gramedia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: