Khasanah Ramadan (18): Menjemput Cahaya

Khasanah Ramadan (18): Menjemput Cahaya

Saat-saat indah menerawang cakrawala dua jam sebelum sang fajar menyerbak. Sinar terang bulan purnama menyajikan kisah turunnya Al-Qur’an. Nuzulul Qur’an. --

Pewahyuan Al-Qur’an itu pada bulan Ramadan merupakan “dekrit teologis” yang merombak secara “radikal” status manusia bergelar Al-Amin yang semula dikenal sebagai Muhammad bin Abdullah semata, berubah menjadi Baginda Muhammad Rasulullah SAW.

Ini adalah peristiwa besar yang berasal dari ungkapan suci yang kini tertera dalam Al-Qur’an, Surat Al-alaq, ayat 1-5. Peristiwa kenabian dan kerasulan Muhammad Saw merupakan “proklamasi peradaban” yang spektakuler. 

Konstruksi sosial dan kenegaraan terombak secara total dari kejahiliaan, niradab, menuju era  peradaban pencahaya semesta: rahmatan lilalamin.

Pengaruhnya sangat luas, sehingga Rasulullah SAW menurut para ahli yang berkelas internasional adalah sosok agung yang paling berpengaruh dalam sejarah. Tidak ada manusia, nabi, dan rasul yang tingkat pengaruhnya melebihi Kanjeng Nabi Muhammad SAW. 

Ragam buku menyibaknya. Salah satunya bacalah buku legendaris yang telah mewarnai publikasi dunia sejak saya membacanya di tahun 1984 waktu duduk di bangku sekolah menengah atas: The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History karya Michael H. Hart, seorang astrofisikawan Yahudi-Amerika.

Pada lingkup itulah Allah SWT tidak membiarkan Ramadan tanpa ornamen yang mengesankan dalam menarik hati hamba-hambanya yang beriman.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (16): Sampah itu Berkah

Puasa adalah tanda waktu spesial yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang beriman dan atas itulah Tuhan menyediakan bonus yang supermewah berupa malam Lailatulqadar.
Suasana malam Lailatulqadar di Masjid Al-Aqsa. Pada malam istimewa dambaan umat muslim karena lebih baik dari seribu bulan, ribuan muslim melakukan salat malam. --

Tadarus Al-Qur’an semoga sudah sampai pada Surat Al-Qodr. Ayat 1-5 yang sudah biasa dingajikan: “innaaa anzalnaahu fil lailatil-qodr, wa maa adrooka maa lailatul-qodr, lailatul-qodri khorum min alfi syahr, tanazzalul-malaa’ikatu war-ruuhu fiihaa bi’izni robbihim, ming kulli amr, salaamun hiya hatta mathla’il-fajr”.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam qadar, dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan, pada malam itu turun para malaikat dan Roh Jibril dengan izin Tuhannya, sejahteralah malam itu sampai terbit fajar”. 

Subhanallah. (*)

Oleh: Suparto Wijoyo, Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: