Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Masjid tidak saja berfungsi sebagai institusi spiritual, tapi juga institusi pendidikan, sosial, pemerintahan dan bahkan administrasi. Seperti Masjid Cheng Ho Surabaya yang sangat aktif dengan agenda yang bermanfaat. --

Masjid-masjid akan silih berganti menghadirkan jamaahnya. Manusia kerap terpanggil dan evolusi akan terjadi. Ada yang datang, karena takdirnya ada yang pergi.

Mahasiswa di kampus-kampus juga memenuhi roda pedati. Siklus dihayati karena hidup tidak berhenti dan belajar selama ada ruh di badan ini.

BACA JUGA:Khasanah Ramadan (20): Mahasiswa Pemakmur Masjid

Jadi teruslah ikhtiar menghadirkan manusia-manusia pemakmur masjid dan itu akan menjadi panggilan keagamaan sekaligus keilmuan.

Saat ini saja, Saya dan siapa saja yang telah memasuki dan menikmati hari-hari bulan Ramadan ini dengan peribadatan yang penuh kenang. Ada kesan, ada pelajaran, ada hikmah, ada saat-saat perenungan diri. 

Para pengiman seyakin-yakinnya terpanggil dalam ruang Islam beribadah puasa. Bukankah Ramadan meluaskan areal jelajah pengabdian yang tiada tepi dan garis demarkasi, antara hamba dengan Rabbnya. Bulan yang kepadanya segala hikmah dipersembahkan.


Masjid menjadi pusat kegiatan umat. Seperti kelompok Pengajian Muslimah Masjid Al Akbar Surabaya atau Pengamal yang mengisi bulan puasa ini dengan pondok Ramadan di masjid. --

Pintu-pintu keberkahan dibuka dalam rentang melantingkan pertobatan dengan daya lenting yang gemahnya sepanjang hayat pemanggul tauhid-Nya. Pengampunan, rahmat dan kemuliaan digelar dengan segala ornamen istimewa yang melekat pada “pembelajar” Ramadan. 

Pembebasan dari api neraka jua disematkan. Ghalibnya, tidurnya orang yang berpuasa saja menyemaikan berberkas kebaikan dengan limpahan pahala. Apalagi yang terjaga dengan lentera pemandunya. 

Pastilah Allah SWT melipatgandakan derajatnya. Tidak ada yang sia-sia dalam setiap detak langkah dan pijaran sinyal berpuasa. Tidakkah jiwa pemuasa mengerti betul betapa puasa itu  mencapai maqom takwa.

Takwa adalah supremasi paling terhormat yang ditanam sekaligus dipanen siapa saja yang berpuasa. Inilah ibadah yang sejatinya tidak dapat dideteksi manusia melalui  kelekatan ekspresinya selain Allah SWT sendiri.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (22): Malam Kemuliaan

Untuk memberikan bonus amaliah puasa, ternyata Allah SWT tidak dibantu “ajudan” sebagaimana pemberian “wahyu” maupun piranti takdir lainnya.

Allah SWT sangat sungguh-sungguh dalam mengambil kendali langsung atas “tanda jasa” yang hendak diberikan-Nya kepada pribadi pemuasa. Termasuk malam seribu bulan. 

Bagi yang lagi tadarus Al-Qur’an tentu telah sampai pada Surat At-Tawbah: 18: “Sesungguhnya hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: