Khasanah Ramadan (25): Puasa itu “THR”

Khasanah Ramadan (25): Puasa itu “THR”

Bulan Ramadan yang mulia. Banyak orang duduk bersimpuh tuk memohon ampun dan beribadah pada Allah sang pencipta. Gambaran itu kini sudah berada di akhir Ramadan. Justru banyak orang beribadah dan berdoa semoga THR itu akan segera diberikan. --

HARIAN DISWAY - THRTHRTHR… Kata itu dilafalkan bak japa mantra. Sekaligus janji-janji orang tua kepada anak-anaknya yang sedang merengek meminta baju baru, sepatu baru, kerudung baru. Ibunya juga berharap bisa membeli lipstik baru yang sepadan dengan warna kebayanya. Bapak-bapak bersuara lirih: nunggu THR cair. 

Ada optimisme dan cita dasar bahwa THR dalah solusi. THR adalah obat sehat bagi keluarga kecil yang tinggal di kontrakan, kos-kosan, rumah sewa bulanan, di gang-gang sempit yang motornya kalau masuk gang harus dituntun.


Bersamaan dengan datangnya THR yang berarti Tunjangan Hari Raya, masyarakat menyerbu pusat perbelanjaan untuk menikmati THR yang mereka dapatkan setahun sekali. --

Inilah sebagian rona kehidupan di metropolitan di tengah gelombang hedonisme di pinggir-pinggir jejak konsumerisme yang semakin telanjang. Saksikanlah hotel-hotel berbintang penuh sesak oleh para pengunjung untuk menikmati menu buka bersama. Sementara lorong-lorong di balik gedung jangkung perhotelan itu bersimpuh warga kota yang belum cair THR-nya. 

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (24): Tauhid Sosial Mudik

Luluh rasanya jiwa ini. Terpental batin yang teraduk atas kontradiksi. Teringat pada buku Istafti Qalbak karya Imam Al Hakim Al Tirmidzi (209-279 H). 

Buku yang mendeskripsikan Hadist Riwayat Ahmad, Ath-Thabrani dan al-Baihaqi:  “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu; dosa adalah apa yang bikin hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan hal itu kebaikan”. 

Saya pun berdoa: Ya Rabb cairkan segera THR mereka. Sebab memasuki tahapan hari-hari pamungkas bulan Ramadan saat ini, orang ramai membincang tentang THR. Tunjangan Hari Raya. Bagai buah yang dinanti matangnya sebagai produk dari kinerja menapaki jalan rahmat dan ampunan guna terbebas dari siksa api neraka. 

Kaum buruh, pekerja lepas, dan semua pemuasa merasa bahwa THR itu kado rutin tahunan yang sudah menjadi hilal yang pasti kelihatan. Para pekerja dan pengusaha acapkali “adu pesona” untuk saling memberikan yang terbaik dengan capaian yang tetap tinggi walaupun sedang berpuasa.

BACA JUGA: 5 Aplikasi Bantu Pantau Arus Mudik Lebaran

Dengan komat-kamit THR yang ditakdirkan itulah, Ramadan senantiasa menjadi areal juang untuk berbagi atas jerih produktivitasnya. THR merupakan media menuangkan semangat rezeki milik bersama yang diakumulasi dari pundi-pundi keringat setahun.

Istilah THR memiliki daya ledak yang menyemangati siapa pun yang hendak mendapatkan “deburan gelombangnya”. THR tampak sangat “mendinginkan” suhu badan nasional karena setiap komponen pengabdi dijadwal memetiknya.

PNS dan TNI-Polri mengucapkan syukur sepercikan perkenan atas terkabulkannya doa musim puasa. Para ASN punya kesibukan baru membuka-buka informasi hendak ke mana dengan aliran THR yang sudah menggerojok itu. THR benar-benar seperti energi yang membuat mudik tambah gesit. 

Pemberian THR pun akan semakin membungkus upah (gaji) yang selama ini telah diberikan. Saya tetap berprasangka baik bahwa para juragan (negara atau pengusaha) itu membayar gaji pekerjanya tepat waktu bahkan cepat waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: