Khasanah Ramadan (25): Puasa itu “THR”

Khasanah Ramadan (25): Puasa itu “THR”

Bulan Ramadan yang mulia. Banyak orang duduk bersimpuh tuk memohon ampun dan beribadah pada Allah sang pencipta. Gambaran itu kini sudah berada di akhir Ramadan. Justru banyak orang beribadah dan berdoa semoga THR itu akan segera diberikan. --

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (17): Beriman Teologis-Ekologis

Bukankah sudah ada arahan dari Al-Qur’an Surat Ath Tholaq ayah 6: “… Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) kalian untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya”. Jelas pemberian gaji itu disegerakan setelah selesainya pekerjaan. 

Bahkan Rasulullah SAW telah memerintahkan membayar upah sebelum keringat para pekerja kering. Terdapat arahan melalui Abdullah bin Umar bahwa Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah bersabda: “Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering”.

Namun, ada pekabaran yang menegaskan masih ada pekerja yang telah kering keringatnya tetapi geliat THR masih belum tampak hilalnya. Kegembiraan itu terasa sebagai gelegar yang belum merata.

Sebagian pimpinan ada yang dibuat puyeng karena keuangan mereka tersendat akibat barang-barang produksi cenderung mahal, naik harganya.

BACA JUGA: Khasanah Ramadan (23): Hari Esok Masjid

Ada yang tetap bekerja keras hingga Lebaran hampir tiba. Mereka inilah yang sangat berharap datangnya THR. Tapi mereka inilah sejatinya orang-orang yang Tahan Hidup Rekoso. --

Dalam situasi demikian saya tetap kagum kepada tukang-tukang kayu dan kuli-kuli bangunan yang rajin bekerja. Mereka tidak gupuh THR sebagaimana para punggawa maupun kesatria yang selama ini dimanja energi bonus THR. 

Para pemilik talenta serabutan yang mengerjakan sawah ladang, lahan dan nandur-nandur wit-witan, tampak wajah tulusnya memberikan rasa bungah (kebahagiaan), dan itu menjewer keras tentang pola hidup pecinta THR. 

Urip kok sibuk dengan THR. Memangnya puasa ini kurang THR? Begitulah bisik mereka yang saya simak dalam diam mengenai makna THR. Bagi mereka, sepanjang hayatnya telah bergumul THR. Alias “Tahan Hidup Rekoso’. Alias “Tahan Haus dan lapaR”.

BACA JUGA: Rutin Digelar Setiap Ramadan, Untag Surabaya Senangkan Ratusan Anak Yatim Piatu dalam Bukber

Ya Rabb muliakan mereka yang THR-an itu yang TaHu Rasa itu. (*)

Oleh Suparto Wijoyo: Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: