Mudik Balik

Mudik Balik

ILUSTRASI mudik balik Idulfitri 2024-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Lebaran jadilah sebagai peristiwa kebudayaan. Momentum pertukaran berbagai budaya dalam tradisi saling bersilaturahmi. Ajang ekspresi unjuk diri tentang pencapaian orang-orang desa di perkotaan. Mereka yang berhasil naik status sosialnya.

BACA JUGA: Mudik dan Arus Balik

Mudik akhirnya tidak bisa dilihat sebagai arus perjalanan orang-orang yang sedang pulang kampung. Ia menjadi ekspresi pencapaian sosial dan ekonomi, momentum distribusi ekonomi, dan momentum konsolidasi negara bangsa.

Mudik juga bukan sekadar peristiwa sederhana. Semata perjalanan jutaan orang dari kota ke desa. Tapi, juga menjadi peristiwa sosial berupa transfer dan distribusi inspirasi. Distribusi mimpi-mimpi baru yang menggugah banyak orang untuk berubah.

Mudik pada akhirnya bukan semata peristiwa keagamaan. Ia menjadi peristiwa sosiologis yang berupa aksi dan reaksi dari berbagai kelompok dan status sosial. Tindakan sosial yang bisa menghasilkan harapan-harapan baru dari mereka yang tertinggal.

BACA JUGA: Polisi Nggak Mudik Juga Nggak Nangis

Pemfatwa agama semestinya tak hanya melihat setiap tindakan sosial secara tekstual. Apalagi, teks yang dimaknai secara kaku sesuai dengan konteks masa lalu. Padahal, secara sunatullah, dunia ini jelas terus berubah. Karena itu, perlu pemaknaan secara kontekstual setiap teks di dalam agama. 

Misalnya, memaknai sungkem kepada orang tua sebagai bentuk penyembahan kepada orang tua. Apalagi, kemudian dimaknai sebagai penyekutuan Tuhan dengan makhluk dan seterusnya. Atau, tradisi silaturahmi di Hari Raya Idulfitri dianggap salah karena hal itu tak dilakukan nabi. 

Membuka perspektif yang lebih luas terhadap berbagai fenomena keagamaan semestinya menjadi kebiasaan bagi umat beragama. Bukan perspektif kacamata kuda menurut aliran penafsiran agama seperti yang dianutnya. Apalagi, menganggap yang tidak sesuai dengan mereka sebagai pihak yang salah.

Rasanya, perlu menjadikan tradisi mudik yang terinspirasi ajaran agama sebagai sebuah hikmah. Sebuah maslahah, bukan masalah. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: