Mudik Balik

Mudik Balik

ILUSTRASI mudik balik Idulfitri 2024-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Apa pun asal atau akar dari kata mudik, yang pasti mudik selalu berasosiasi dengan tradisi lebaran di Hari Raya Idulfitri. Tradisi pulang kampung dari rantau.

Karena itu, mudik selalu diasosiasikan orang yang sedang pulang ke desa atau kampung. Biasanya dari kota atau kota besar yang menjadi tempat rantau.

Karena itu, saya merasa aneh untuk menyebut anak-anak saya yang mudik dari Jakarta ke Surabaya. Juga, dari Yogyakarta ke ibu kota Provinsi Jawa Timur ini.

BACA JUGA: Dampak Ekonomi Mudik

Saya merasa mudik kalau Lebaran pulang ke desa tempat kelahiran saya di Blitar. Atau, ke Purwokerto yang menjadi asal-usul istri saya. 

Namun, saya merasa tidak mudik kalau pulang ke Yogyakarta. Kota yang pernah menempa saya selama 14 tahun sejak kuliah sampai kerja di sana.

Tahun ini saya memang memutuskan tidak ke mana-mana. Lebaran di Surabaya. Tahun lalu lebaran di Yogyakarta. Dua kota itu menjadi jujukan Lebaran setelah orang tua kami telah tiada.

BACA JUGA: Tradisi Mudik Gairahkan Dinamika Ekonomi Masyarakat

Mengapa Yogyakarta? 

Karena berada di tengah. Adik-adik dari Purwokerto yang ingin bersilaturahmi lebih dekat daripada harus ke Surabaya. Demikian juga adik-adik yang ada di Blitar. Menjadi suadara tertua, hal seperti itu perlu dipertimbangkan.

Lebaran atau Hari Raya Idulfitri memang bukan semata sebagai kegiatan ritual keagamaan. Tapi, menjadi sebuah realitas sosial yang berkembang dari kebutuhan warga bangsa ini untuk saling menyapa. 

Agama menginspirasi tradisi baru untuk membangun soliditas sosial. Momentum Lebaran melahirkan tradisi halalbihalal, unjung-unjung atau silaturahmi kepada handai tolan, dan mudik. Yang terakhir itu merupakan tradisi kembali ke kampung untuk bertemu orang tua dan sanak saudara. Setelah sebulan penuh berpuasa.

BACA JUGA: Mudik, Masalahmu hingga Kini

Dari tradisi yang bersumber dari hari raya keagamaan, terus berkembang menjadi peristiwa sosial budaya. Kemudian, berkembang lagi menjadi aksi sosial ekonomi. Sebab, banyak transaksi yang menyertainya.

Ketika Lebaran, uang mengalir ke desa-desa. Dibawa para pemudik yang berasal dari kota. Peredaran uang bertambah kencang. Pusat perbelanjaan berjejal sebulan sebelum Lebaran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: