Hari Puisi Nasional 28 April Ini Terkait dengan Sosok Chairil Anwar, Masih Ada Pula Hari Puisi Indonesia
Mengenal sejarah Hari Puisi Nasional 28 April dan sosok Chairil Anwar. -Memorandum-
Namun, karena merasa tidak puas, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut. Setelah itu, ia menjadi redaktur di majalah Siasat. Ia bertanggung jawab atas rubrik kebudayaan Gelanggang bersama dengan Ida Nasution, Asrul Sani, dan Rivai Apin.
BACA JUGA: Aksi Bela Palestina, Menlu Curahkan Hatinya melalui Puisi tentang Mirisnya Anak-anak Gaza yang Tewas
Chairil sempat berencana untuk mendirikan majalah kebudayaan yang bernama Air Pasang dan Arena. Namun, rencana tersebut tidak sempat terwujud karena Chairil meninggal sebelum dapat mewujudkannya.
Kecintaan Chairil terhadap sastra terus berlanjut hingga akhir hayatnya. Ia mampu menghasilkan tujuh buah sajak, seperti Mirat Muda, Chairil Muda, Buat Nyonya N, Aku Berkisar Antara Mereka, Yang Terhempas dan Yang Luput, Derai-Derai Cemara, dan Aku Berada Kembali.
Chairil meninggal pada 28 April 1949 tepatnya pukul 14.30 karena sakit paru-paru. Jenazahnya dimakamkan pada 29 April 1949 di Pemakaman Umum Karet, Jakarta Selatan. Momen itu dan mendapat perhatian besar dari masyarakat.
BACA JUGA: Dalam Buku Puisi ”Tiga Kitab” Karya Soe Tjen Marching Kulik tentang Bapa Kami dan ’98
Banyak orang yang mengagumi karya-karya yang dibuat oleh Chairil merasa kehilangan sosok idola yang menginspirasi mereka. Oleh karena itulah, tanggal kematiannya diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.
Sebagai penghormatan atas kontribusinya yang besar dalam dunia sastra Indonesia. Sosoknya kini masih sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia melalui karya-karya puisinya yang membangkitkan semangat perjuangan dan menginspirasi orang untuk terus berkarya. (Jessica Laurent)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: