Denny JA: Puisi Esai Jadi Terobosan Diplomasi Lewat Sastra
Denny JA saat beraudiensi dengan ketua menteri, pemimpin politik tertinggi di wilayah Sabah. Yakni Datuk Hajiji Noor.--
Sekarang ini, sudah ada 150 buku puisi esai. Banyak yang berasal dari Malaysia, Brunei, dan Singapura. Denny menambahkan, ada tim yang sedang menyusun empat buku angkatan puisi esai. Selanjutnya tahun ini puisi esai akan goes to campus dan goes to school.
Menurut Denny, anak-anak di sekolah sudah semakin jauh dari budi pekerti, semakin jauh dari nilai-nilai moralitas. Memang ada pelajaran agama di sekolah. Tapi, akan lebih baik diperkaya untuk membangun karakter dan budi pekerti dengan kehadiran karya sastra di sana.
BACA JUGA: Memahami Kecanggihan Artificial Intelligence (AI) yang Menggerus Lapangan Pekerjaan
Budi pekerti, kisah yang menyentuh hati, menyentuh moral, atau cerita yang membuat kita merenung lebih mudah disampaikan melalui karya sastra. Puisi esai mencoba masuk ke ranah tersebut. “Karena itu, kita merasa berharga membawa puisi esai ke sekolah, “ tegasnya.
Tentang diplomasi sastra, Denny terinspirasi Prof Ramzah Dambul. Hubungan antar negara tidak hanya memerlukan diplomasi politik para pejabatnya, diplomasi ilmu para ilmuwan, juga diplomasi sastra para budayawannya.
Diplomasi sastra bisa seluas itu, dan bisa lebih jauh lagi. Pada waktunya, akan hadir puisi esai hasil kolaborasi penulis dan aktivis dari Israel dan Palestina.
BACA JUGA: Dosen Artificial Intelligence
Mereka menulis soal derita mereka yang sudah terlalu lama dan perlunya berdiri dua negara Palestina dan Israel yang sama sama merdeka, dan hidup damai berdampingan.
Dalam kunjungan ke Kinabalu, didampingi tim komunitas puisi esai, Denny sempat beraudiensi dengan ketua menteri, pemimpin politik tertinggi di wilayah Sabah.
Yakni, Datuk Hajiji Noor. Denny menyatakan terima kasih atas dukungan pemerintah setempat yang ikut membiayai Festival Puisi Esai ASEAN tahunan, yang sudah berlangsung tiga kali. Denny sempat mengunjungi rumah bahasa yang menjadi basecamp gerakan puisi esai tingkat ASEAN.
BACA JUGA: Ribuan Pekerja IBM akan Diganti Robot Artificial Intelligence
“Kita hidup di era paling besar dibandingkan zaman sebelumnya. Begitu banyak inovasi sudah dilakukan di dunia bisnis, politik, jurnalisme. Puisi esai adalah ikhtiar inovasi kita di dunia sastra,” tandasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: