Digawangi 3 Hijaber, Ini 6 Fakta Keren Voice of Baceprot, Band Indonesia yang Tampil di Glastonbury Festival

Digawangi 3 Hijaber, Ini 6 Fakta Keren Voice of Baceprot, Band Indonesia yang Tampil di Glastonbury Festival

Fakta Menarik Voice of Baceprot, Band Indonesia Pertama yang Jadi Line Up Glastonbury Festival-Voice of Baceprot-Instagram @VoB

Sejak awal dibentuk pada 14 Februari 2014, banyak tentangan yang dihadapi Voice of Baceprot. Terutama dari lingkungan sekitar mereka sendiri. Karena gaya musik yang mereka mainkan dianggap tidak pantas.

BACA JUGA:Foto Nangis Justin Bieber Bikin Fans Khawatir, Ini Komentar Hailey Bieber

Mereka membawakan musik metal yang keras dengan memakai hijab yang tidak umum di khalayak ramai. Apalagi, pada awal-awal berdiri, Marsya dkk manggung di beberapa kota di Jawa Barat, yang terhitung konservatif.

VoB pernah mengalami berbagai tekanan dari publik. Misalnya saja, waktu manggung, tiba-tiba listriknya diputus. Gara-gara drum Sitti dianggap terlalu keras. Kemudian, Marsya juga pernah dilempar batu kepalanya. Di batu itu terdapat pesan. Menyuruhnya untuk berhenti memainkan musik iblis.

"Serem banget," Marsya mengenang. "Tapi aku terlalu mencintai musik. Jadi aku enggak peduli," tegasnya. Dia juga tidak peduli dengan cibiran orang yang bilang, "Berhijab kok lagunya heavy metal," dan semacamnya. "Ini bukan soal agama," dia menegaskan.

BACA JUGA:Rekor! Sepekan Dirilis, The Tortured Poets Department Taylor Swift Capai 1 Miliar Streaming di Spotify

BACA JUGA:Kim Kardashian Murka Namanya Dicatut Taylor Swift di thanK you aIMee, Move On Dong!

5. Lirik Powerful


6 fakta keren Voice of Baceprot, band Indonesia yang tampil di Glastonbury Festival. Lirik mereka mengangkat isu sosial, termasuk perubahan iklim.-Instagram Voice of Baceprot-

Voice of Baceprot boleh berisi ciwi-ciwi berhijab. Namun, lagu-lagu mereka cukup keras. Kritik sosial, anti-kemapanan, sistem pendidikan, hingga perubahan iklim menjadi hal-hal yang dibidik Marsya dkk. Mereka menulis sendiri lagu-lagu tersebut.

Lagu perdana mereka, Scholl Revolution, adalah kritik terhadap sistem pembelajaran di sekolah yang kurang berpihak kepada siswa. Single berjudul God Allow Me (Please) to Play Music membawa elemen nostalgia era 90-an tentang pentingnya ekspresi dan menjadi diri sendiri.

Sedangkan single berjudul (Not) Public Property yang dirilis pada perayaan Hari Perempuan Internasional 2021 mengangkat tentang pelecehan. Lagu itu menadani kampanye penggalangan dana buat korban pelecehan seksual di Jawa Barat.

BACA JUGA:7 Nama yang Dicatut Taylor Swift di The Tortured Poets Department, Ada Charlie Puth sampai Kim Kardashian

"Indonesia tampaknya menghadapi kenyataan malang seperti halnya mayoritas perempuan dan anak-anak di berbagai belahan dunia. Mereka terus mengalami kekerasan, yang seringkali tidak diketahui publik," tutur Marsya.

"Kami berkomitmen untuk menciptakan ruang aman dan memerangi kekerasan dan pelecehan seksual di mana pun kami berada, termasuk melalui lagu-lagu yang kami keluarkan," tegas dia. Keren banget banget banget!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber