Diduga Baby Blues, Polwan Tega Bakar Suami di Mojokerto, Ini Penjelasan Psikolog Maya Hugeng!

Diduga Baby Blues, Polwan Tega Bakar Suami di Mojokerto, Ini Penjelasan Psikolog Maya Hugeng!

Polda Jawa Timur (Jatim) menahan Briptu FN, Polwan yang membakar suaminya Briptu RDW (27), anggota Polres Jombang, Jawa Timur, ditahan di pusat pelayanan terpadu rumah sakit (RS) Bhayangkara.-Istimewa-

BACA JUGA:Emosi, Bakar Suami sampai Mati

BACA JUGA:5 Penyebab Gangguan Mental dan Cara Mengatasinya

Umumnya, baby blues muncul pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan dan berlangsung hingga beberapa hari, paling lama dua minggu.

Setelah itu, kondisi ini akan hilang dengan sendirinya tanpa perawatan khusus atau pengobatan.

Namun, jika gejala tersebut tidak hilang setelah beberapa minggu, ibu tersebut bisa saja menderita depresi pasca melahirkan (postpartum depression), yang dialami oleh sekitar 10 persen perempuan.

Tidak seperti baby blues, depresi pasca melahirkan adalah masalah yang lebih serius dan tidak boleh diabaikan.

Kondisi itu diperparah oleh masalah ekonomi, di mana korban diduga menghabiskan uangnya untuk judi online, yang memperburuk kondisi psikologis istrinya.

“Ekonomi dan komunikasi adalah masalah terbesar dalam rumah tangga. Tindakan tersebut bisa saja membuat sang istri gelap mata,” ungkap Maya.

Namun, dari keterangan polisi yang menyatakan bahwa ada upaya dari tersangka untuk menyelamatkan suaminya saat dibakar, Maya menilai bahwa ada dugaan tersangka sebenarnya hanya ingin menakut-nakuti korbannya agar jera, bukan untuk membunuhnya.

“Perilaku marah berupa agresi adalah sebuah pola yang dapat dikendalikan jika suami dan istri dapat saling memahami serta membahagiakan satu sama lain,” tambahnya. Karena itu, setiap orang harus mengenal pasangannya, seperti apa saja yang membuat pasangan marah dari perilaku dan ucapan, serta cara mengatasinya.

Komunikasi yang baik, peran setiap individu dalam rumah tangga, serta komitmen tentang uang bersama juga penting. “Selain itu, support pasangan Anda dengan benar, terutama dalam kondisi dugaan baby blues atau postpartum depression yang mungkin dialami oleh pasangan,” ungkapnya.

Di sisi lain, Maya menilai bahwa ketika seorang individu memiliki karakter berpikir yang baik dan pengelolaan emosi yang baik, semua kondisi tadi bisa teratasi dan emosinya tidak akan meledak.

Sebaliknya, jika semua itu tidak dimiliki, bisa muncul bentuk perilaku agresi, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

“Jika kondisi kedua yang terjadi, artinya butuh bantuan profesional untuk mengatasi gejolak emosi tersebut. Bisa datang ke psikolog,” jelasnya. (Michael Fredy Yacob)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: