Kisi Fondasional: Iduladha dan Perubahan Akhlak
ILUSTRASI Kisi Fondasional: Iduladha dan Perubahan Akhlak-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, untuk meneladani keikhlasan kita terhadap apa yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS kepada generasi muda, marilah, sebaiknya kita sederhanakan pikiran kita, untuk mengambil peran dalam fokus ”penyelamatan moral dan akhlak bangsa” ini, dan sebaiknya kita memilih segmen primery market.
Yaitu, mendampingi jiwa generasi muda yang masih murni bersih dan idealis. Bimbing mereka mengerti keadaan carut-marut ini dan siapkan mereka untuk masuk tanpa harus tercemar.
Kita harus berpikir keras, bagaimana membuat anak-anak muda itu seperti ikan di laut, hidup di tengah lautan garam, tanpa membuat tubuh mereka menjadi asin. Jangan terburu bangga menjadi mayoritas.
BACA JUGA: Hukum Potong Kuku dan Rambut Sebelum Iduladha, Boleh atau Tidak?
Al-Qur’an selalu mengingatkan, banyak orang yang berpuasa (berjuang berbuih-buih), dalam organisasi, dalam partai, di depan murid, sombong dengan jumlah binatang yang dikurbankan, tetapi yang didapatkannya hanya fatamorgana. Disebabkan niatnya bengkok, enggan menjadikan Allah sebagai pengawasnya.
ESENSI
Esensi terpenting dari Iduladha adalah nilai pengorbanan untuk keikhlasan dan perubahan akhlak, bukan hanya pengorbanan yang bersifat simbolis. Tentu saja tidak cukup untuk melambangkan penyembelihan hewan kurban dan membagikan daging kepada orang miskin dan kepada orang yang membutuhkan itu bisa diartikan pengorbanan.
Dalam arti luas, pengorbanan adalah kesediaan untuk mengerem niat syahwat dan nafsu dalam diri dan menghilangkan keinginan-keinginan yang tidak baik. Dengan kata lain, Iduladha tahun ini harus ditafsirkan sebagai kesediaan untuk mengorbankan semua ego demi kepedulian yang lebih besar.
BACA JUGA: 5 Tip Memilih Hewan Kurban yang Baik untuk Iduladha
Pengorbanan itu jugalah yang harus dimaknai sebagai momentum untuk membunuh sifat hewani dalam diri kita masing-masing dan fokus untuk perubahan akhlak yang lebih baik.
Relevansi yang esensi pada kehidupan kita tampak pada egosentrisitas pribadi atau kolektif. Itu tampaknya lebih menonjol di hampir setiap sendi kehidupan. Motivasi untuk berkuasa, menyombongkan, dan pamer serta mengumpulkan harta maupun kekayaan, telah melupakan makna pengorbanan.
Kombinasi antara hedonisme dan materialisme telah menjadikan egosentrisme sebagai permasalahan baru yang sulit di selesaikan.
BACA JUGA: Pemerintah Tetapkan Hari Raya Iduladha 1445 H Jatuh Pada 17 Juni 2024
Mengalir dari uraian di atas, tampak bahwa sebagian besar masalah yang terkait dengan pengorbanan telah digantikan oleh semangat fenomena egosentris tersebut. Yaitu, mementingkan urusan pribadi ketimbang urusan kemaslahatan antarumat, bahkan jauh dari perubahan akhlak karena belum memahami esensi sepenuhnya.
Banyak masalah saat ini: antusias ketika Iduladha karena dapat dipandang berkorban untuk orang lain, tetapi kurangnya niat berkorban untuk diri sendiri dengan menyembelih nilai egosentris dalam diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: